Selasa 16 Jun 2020 06:20 WIB

Wisatawan Bisa Jadi Pemicu Gelombang Kedua Pandemi Covid-19

Ini bisa terjadi apabila industri pariwisata tidak dipersiapkan dengan matang.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Andi Nur Aminah
Pengunjung berwisata aliran sungai Bantahan. Selama masa pandemi Covid-19 warga setempat memanfaatkan lokasi tersebut sebagai destinasi wisata terutama bagi wisatawan lokal.
Foto: ANTARA/MUHAMMAD BAGUS KHOIRUNAS
Pengunjung berwisata aliran sungai Bantahan. Selama masa pandemi Covid-19 warga setempat memanfaatkan lokasi tersebut sebagai destinasi wisata terutama bagi wisatawan lokal.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pakar Komunikasi dan Manajemen Krisis, Universitas Brawijaya (UB), Maulina Pia Wulandari menilai industri pariwisata dapat menjadi pemicu terjadinya gelombang kedua pandemi Covid-19. Situasi ini bisa terjadi apabila industri pariwisata tidak dipersiapkan dengan matang dan cermat.

"Pelaku industri pariwisata harus benar-benar menganalisis segala risiko dan kemungkinan yang timbul dengan dibukanya industri yang banyak mengundang berkumpulnya orang," kata Pia dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id.

Baca Juga

Dosen Ilmu Komunikasi UB ini mengungkapkan beberapa hal yang perlu dipahami pelaku wisata selama pandemi Covid-19. Pertama, wisatawan pada dasarnya masih dalam keadaan cemas dan khawatir terpapar Covid-19. Kedua, mereka ingin berlibur ke tempat yang tidak banyak dikunjungi banyak orang.

Berikutnya, wisatawan ingin memastikan tempat yang dikunjunginya telah memenuhi tiga unsur utama pariwisata. Aspek yang dimaksud antara lain kebersihan, kesehatan dan keselamatan. "Dengan kondisi wisatawan yang seperti itu, pelaku industri pariwisata dapat mengindentifikasi beberapa tipe wisatawan," jelas Pia.

Tipe pertama, yakni wisatawan paranoid karena takut berlebihan akan tertular Covid-19. Ada pula wisatawan stay alert yang selalu waspada pada bahaya virus COVID-19. Kemudian wisatawan travel wise yang tetap menikmati perjalanan wisatanya dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan.

Selanjutnya, ada pula jenis wisatawan 'nekat' yang hanya senang menikmati perjalanan wisatanya. Akan tetapi, mereka terlihat kurang peduli dan tidak patuh pada protokol kesehatan. Jenis wisatawan ini, kata Pia, yang perlu diwaspadai karena dapat mempercepat penularan Covid-19.

"Pelaku industri pariwisata yang hanya menerapkan protokol kesehatan di minggu awal saat beroperasi atau tidak disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan ini juga dapat memicu percepatan penularan virus Covid-19," katanya.

Pia menyarankan pelaku industri pariwisata agar tidak hanya sibuk promosi dengan memberikan diskon besar-besaran. Mereka harus mempersiapkan aspek kebersihan, kesehatan dan kesejahteraan. Kemudian membuat strategi komunikasi pemasaran yang mengampanyekan bahwa pihaknya siap menerima kunjungan dengan memperhatikan kesehatan.

Menurut Pia, startegi komunikasi pemasaran harus dijalankan minimal tiga pekan berturut-turut sebelum industri pariwisata beroperasional. Pelaku pariwisata harus menyosialisasikan hal-hal yang harus diketahui dan dipatuhi oleh para wisatawan. Kemudian juga termasuk konsekuensi yang dihadapi wisatawan apabila melanggar protokol kesehatan yang telah diterapkan.

Pelaku pariwisata juga harus menyediakan berbagai macam bentuk medium komunikasi dengan wisatawan. Beberapa di antaranya seperti melalui pamflet, buku saku, video pendek dan pesan pengingat. Seluruhnya berisi protokol kesehatan yang perlu dipatuhi wisatawan saat berkunjung.

Industri wisata harus menyediakan layanan komunikasi interaktif 24 jam melalui berbagai saluran komunikasi. Upaya ini penting karena dapat memudahkan wisatawan menghubungi para pengelola pariwisata. Terlebih saat mereka menghadapi masalah misalnya sakit mendadak.

Pia mengingatkan strategi akan berhasil apabila dilakukan jauh sebelum industri pariwisata beroperasi. Jika tidak dilaksanakan dengan baik, maka dapat menimbulkan gelombang kedua pandemi Covid-19. "Jangan sampai industri pariwisata dituduh sebagai pemicu terjadinya second wave yang mengakibatkan kerugian yang lebih besar lagi pada industri pariwisata Indonesia yaitu penutupan total industri pariwisata Indonesia," ucapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement