REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan teknologi finansial peer to peer financing (P2P), PT Ammana Fintek Syariah (Ammana) mulai menerima permintaan restrukturisasi pembiayaan dari borrower. Sejauh ini, Ammana menyebut restrukturisasi tidak signifikan karena managemen risiko pembiayaan bermasalah telah diminimalisir.
CEO & Founder Ammana, Lutfi Adhiansyah menyampaikan, new normal belum berdampak signifikan pada penyaluran pembiayaan Ammana. Namun ada peningkatan dari sisi keritelan pemberi pinjaman (lender). Jumlah downloader aplikasi dan lender semakin banyak meski jumlahnya kecil-kecil.
Lutfi menambahkan, sejumlah borrower usaha nondigital telah meminta restrukturisasi. Mayoritas meminta penundaan pembiayaan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan relaksasi pada fintech untuk bisa memberikan restrukturisasi selama ada kesepakatan dan komunikasi dengan lender.
"Karena fintech ini fungsinya penghubung lender dan borrower jadi harus ada kesepakatan dan komunikasi, lender juga mengerti karena kondisi sedang sulit," kata Lutfi, kemarin.
Lutfi menilai nilai restrukturisasi tidak signifikan karena managemen risiko pembiayaan bermasalah telah diminimalisir. Ammana memiliki rekanan strategis, seperti e-commerce, Baitul Maal wa Tamwil (BMT), koperasi yang sudah lebih dulu menyeleksi calon borrower.
Ammana tetap hati-hati dalam menyalurkan pembiayaan di masa pandemi. Saat ini fokus penyaluran pembiayaan Ammana kepada usaha yang punya basis digital. Sementara yang nondigital ditahan.
Sejak dibuat sejak akhir tahun 2019, lanjut Lutfi, pertumbuhan pembiayaan ke sektor digital Ammana bisa tumbuh 10 persen. Seiring dengan meningkatnya transaksi belanja digital, maka peluang dan potensi tumbuh UKM digital ini juga semakin tinggi.