REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah meyakini kelanjutan pembangunan megaproyek Refinary Development Master Plan (RDMP) dan Grass Roof Refinery (GRR) yang jadi Proyek Strategis Nasional (PSN) bisa berdampak luas terhadap perekonomian negara. Salah satunya berupa penyediaan lapangan kerja baru bagi masyarakat.
"Pembangunan kilang ke depan ini akan menyerap lebih kurang 15 ribu tenaga kerja (per proyek) dengan berbagai kualifikasi," ungkap Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional Djoko Siswanto, Kamis (11/6).
Selain lapangan kerja, sambung Djoko, hal yang paling penting dari pembangunan kilang adalah aspek ketahanan energi yang dijadikan sebagai dasar modal pembangunan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. "Mudah-mudahan juga akan menambah pertumbuhan ekonomi kita sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional sebagai modal pembangunan," ujarnya.
VP Human Capital Management Downstream PT Pertamina Karantina Marhaeni menguraikan, kebutuhan tenaga kerja (manpower) dalam megaproyek pembangunan kilang terbilang cukup besar. Terhitung hingga Mei 2020, realisasi serapan tenaga kerja pada fase konstruksi di RDMP Balikpapan hingga 5.113 orang, RDMP Cilacap 300 orang dan GRR Tuban 300 orang.
"Seiring berjalannya waktu, secara keseluruhan serapan tenaga kerja mencapai 110 sampai 150 ribu karena masing-masing proyek menyerap antara 11 sampai 15 ribu tenaga kerja pada saat puncak," ungkap Karan.
Penyerapan tenaga kerja ini, sambung Karan, melalui mitra kerja Pertamina baik Joint Operation (JO) maupun perusahaan pendukung lainnya dengan beragam keahilan khusus atau tertentu. "Untuk tenaga kerja yang tidak memiliki keahilan tertentu, kami dorong dari mengutamakan SDM setempat dengan project based hiring," tuturnya.
Demi meningkatkan kapasitas skill SDM setempat, Pertamina bekerja sama dengan institusi dan Dinas Ketenagakerjaaan setempat. "Ini menjamin SDM lokal bisa bergabung di proyek-proyek yang sedang dikerjakan di wilayah mereka," ungkap Karan.
Sementara untuk pascakonstruksi, Pertamina membutuhkan 300 operator tambahan di pengembangan Refinery Unit V Balikpapan dan 1000 pekerja di GRR Tuban.
Merespon tantangan disrupsi di sektor energi, Karantina mengungkapkan, kualifikasi kebutuhan sumber daya manusia di industri migas akan selalu disesuaikan dengan kondisi zaman.
"Setelah melihat tantangan industri migas di masa mendatang terutama supply dan demand menuntut Pertamina lebih adaptif terhadap segala situasi termasuk di dalamnya mengatur tentang ketidakpastian bisnis," kata Karan.
Secara umum, jelas Karan, perusahaan migas mempertimbangkan tiga aspek besar dalam mencari SDM di masa mendatang, yaitu memiliki kompetensi di bidang teknis (technical competency), kemampuan softskill (leadership competency), dan mampu memahami corporate values atau integritas yang terdiri dari tangkas (Agile), mengutamakan konsumen (Customer Centric), mampu berkolaborasi (Collaborative), dan inovastif (Innovative).
"Kalau di Pertamina, kuncinya setiap SDM diharapkan bisa cepat memahami situasi dan memiliki fleksibilitas ide apalagi teknologi berkembang secara cepat sehingga kita tidak lagi memiliki kemewahan dalam hal waktu," tutur Karan.