REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan menteri perdagangan Enggartiasto Lukita menyerukan pengusaha dan pemerintah bersinergi dalam menjaga ekonomi di masa pandemi Covid-19. Apalagi, pandemi ini tidak hanya memukul perekonomian dalam negeri, tapi juga dunia.
“Ini menjadi tantangan buat ekonomi Indonesia mengingat saat ini tidak ada negara yang betul-betul aman secara ekonomi. Jadi, jika komoditas tertentu di suatu negara terganggu, maka sudah tentu dampaknya juga dirasakan oleh negara lain,” kata Enggar dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (10/6).
Enggar yang berbicara di webinar bertajuk “Mempersiapkan Pemulihan Ekonomi Nasional dalam Pandemi Covid-19” yang diselenggarakan oleh Forum Diskusi Denpasar 12 bekerja sama dengan DPP Partai NasDem, mengatakan, dalam suasana resesi global seperti ini, psikologi pasar tidak stabil. Hal itu menyebabkan hampir semua negara akan melakukan intervensi terhadap pasar domestik mereka masing-masing.
Ia mengatakan, tidak ada negara yang ingin runtuh ekonominya. Sehingga, segala cara akan dilakukan untuk menjaga perekonomian, mulai dari memberikan stimulus hingga melakukan proteksi terhadap komoditas strategis.
Dia memberi contoh pabrik otomotif Indonesia yang saat ini mengalami kesulitan. Meskipun produksi mobil dilakukan di Indonesia, tetapi sebagian besar komponennya dipasok dari negara lain, seperti dari Wuhan, China. Maka sejak Wuhan dikarantina, mereka mengalami kesulitan.
Enggar menambahkan, ketergantungan terhadap pasokan dari negara lain harus menjadi perhatian semua pihak. Pemerintah dan pengusaha harus bersinergi dalam hal ini.
"Pelajarannya, ketergantungan itu harus diminimalkan dengan menggenjot produksi dalam negeri, baik dari bahan baku hingga bahan jadinya. Sehingga secara ekonomi, kita bisa mandiri dan betul-betul kuat,” kata Enggar.
Dibanding banyak negara yang mengalami resesi, Indonesia saat ini masih cukup beruntung. Enggar mengatakan, sampai saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif. Belum negatif seperti yang dialami Amerika Serikat dan banyak negara lainnya.
Menurut dia, pemerintah mesti terus menjaga perputaran ekonomi di tingkat bawah. Salah satunya dengan menjaga pasar tradisional mengingat ekonomi rakyat sebagian besar digerakkan oleh pasar tradisional. Saat ini, dalam kondisi pandemi, pasar tradisional harus tetap berjalan tetapi dengan protokol kesehatan yang ketat.
“Misalnya, diatur jalan dan jaraknya.Harus ada pendaftaran pedagang, pengaturan pedagang kaki lima, misalnya dengan sistem ganjil genap, jadi penjualnya digilir dan sistem serupa juga bisa dipakai di pasar modern. Intinya, protokol kesehatan harus diterapkan, tetapi ekonomi juga berjalan,” kata dia.
Selain itu, yang juga penting dilakukan adalah melihat peluang ekspor. Saat ini hampir semua negara memang melakukan proteksi dan menjaga pasar domestik mereka. Namun, bukan berarti peluang ekspor tertutup, karena faktanya semua negara saling membutuhkan dan saling bergantung. Untuk itu, pemerintah harus mencari pasar di mana komoditas Indonesia bisa masuk, setelah itu bersinergi dengan pengusaha.