REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei perusahaan konsultan pemasaranMarkPlus,Inc menunjukkan transaksi belanja ritel secara daring atau online meningkat hingga enam kali lipat dari 4,7 persen menjadi 28,9 persen selama masa pandemi Covid-19. Associate Client Success Team MarkPlusChrestella Carissa di Jakarta, Selasa (9/6) menyampaikan untuk berbelanja secara offline turun drastis dari 52,3 persen menjadi 28,9 persen.
"Survei diikuti oleh 128 responden di seluruh Indonesia dalam satu pekan terakhir dengan rentang usia terbanyak 25-45 tahun dan mayoritas berasal dari Jabodetabek ini menunjukkan adanya perubahan kebiasaan masyarakat dalam berbelanja sebelum dan selama pandemi Covid-19," paparnya dalam diskusi bertajuk MarkPlus Industry Roundtable.
Ia mengatakan sebelum munculnya pandemi di Indonesia, masyarakat rutin berbelanja kebutuhan pokok setiap satu pekan sekali, namun sejak adanya Covid-19 frekuensi berbelanja masyarakat di toko ritel terjadi satu bulan sekali meskipun dalam jumlah yang lebih banyak.
"Hal ini menunjukkan adanya kekhawatiran masyarakat jika terlalu sering berbelanja dengan mengunjungi toko secara langsung," katanya.
Ia menambahkan berbelanja secara online mampu menjadi alternatif dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat, lebih efisien dan menghemat waktu. Dengan adanya kebijakan PSBB transisi di Jakarta dan kemungkinan dibukanya pertokoan pada 15 Juni 2020, Chrestella mengatakan perusahaan perlu melakukan persiapan agar masyarakat tidak khawatir untuk kembali berbelanja di toko secara langsung.
"Penerapan protokol kesehatan menjadi hal yang paling diharapkan oleh masyarakat untuk diterapkan oleh setiap pertokoan," katanya.
Ia menyampaikan sebanyak 83,6 persen responden berharap perusahaan menerapkan standar kesehatan bagi pegawai dan pengunjung dengan menggunakan masker dan sarung tangan. Sebanyak 82,8 persen, lanjut dia, berharap tersedianya hand sanitizer di toko dan 69,5 persen menginginkan dilakukannya pengecekan suhu tubuh.
Dalam kesempatan itu, ia juga mengatakan pelaku industri ritel menghadapi tantangan lainnya terkait pemenuhan kebutuhan masyarakat secara online dan offline. "Meskipun, tidak bisa menyentuh dan merasakan secara langsung produk yang dibeli, berbelanja secara online dianggap mampu meminimalisasipotensi penularan virus," katanya.