REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali memproyeksikan berbagai komoditas bahan pokok yang dihasilkan petani di Pulau Dewata akan mengalami surplus dalam masa pandemi Covid-19.
"Kami telah membuat proyeksi ketersediaan dan kebutuhan pangan di Provinsi Bali untuk April-Desember 2020. Proyeksi ini kami buat juga sebelumnya melalui koordinasi dengan kabupaten/kota," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana saat menyampaikan pemaparan dalam penyerapan aspirasi virtual yang dilaksanakan oleh anggota DPD RI Made Mangku Pastika, di Denpasar, Kamis (28/5).
Wisnuardhana mengemukakan, bahan pokok yang diproyeksikan surplus diantaranya adalah beras, daging sapi, daging ayam, telur, cabai rawit dan jagung. Untuk beras, ketersediaannya diproyeksikan mencapai 412.840 ton, sedangkan kebutuhannya 287.940 ton sehingga ada surplus 124.900 ton. Sedangkan daging sapi, dari ketersediaan 5.391 ton, proyeksi kebutuhannya 387 ton sehingga surplus daging sapi 5.004 ton.
Kemudian untuk daging ayam dari ketersediaan 75.600 ton, kebutuhannya 28.808 ton, sehingga ada surplus 47.520 ton, untuk telur dari ketersediaan 79.390 ton, kebutuhannya 19.503 ton, sehingga ada kelebihan telur 59.877 ton.
Cabai rawit untuk ketersediaannya 180.317 ton, kebutuhan 8.496 ton sehingga ada kelebihan 171.821 ton dan jagung surplus hingga 2.313 ton karena dari ketersediaan 56.745 ton, total kebutuhan sebesar 54.432 ton. "Sedangkan untuk sayur dan buah-buahan jumlahnya cukup tersedia," kata Wisnuardhana.
Wisnuardhana menambahkan, komoditas di Bali yang diproyeksikan mengalami kekurangan adalah bawang merah dan bawang putih. Bawang merah diproyeksikan ketersediaannya sebesar 15.954 ton, namun kebutuhannya 18.720 ton sehingga ada kekurangan sekitar 2.766 ton.
Demikian juga bawang putih dari proyeksi ketersediaan 220 ton, sedangkan kebutuhannya 9.756 ton, sehingga ada kekurangan hingga 9.536 ton.
"Sekitar Juni-Juli ini, sentra bawang merah di Kintamani akan mulai panen. Demikian juga untuk impor bawang putih juga sudah mulai masuk," ujarnya.
Walaupun diprediksikan berbagai komoditas mengalami surplus, terkait ketahanan pangan dalam menghadapi pandemi Covid-19, Wisnuardhana mengemukakan ada faktor penghambat secara internal dan eksternal.
Secara eksternal diantaranya karena serangan hama/penyakit tanaman (OPT) dan dampak perubahan iklim. Sedangkan dari sisi internal, petani dihadapkan pada keterbatasan modal usaha tani dan keengganan petani berproduksi karena tidak terserap pasar.
"Kalau hambatan eksternal sebenarnya pengaruhnya tidak signifikan di bawah tiga persen. Sementara untuk hambatan internal, Pemerintah Provinsi Bali juga sudah memberikan bantuan untuk subak sawah dan abian sebesar Rp 50 juta," ucapnya.
Menurut Wisnuardhana, terkait solusi mengatasi hambatan tersebut diantaranya dapat dilakukan mengintensifkan pendampingan dan pembinaan, mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim, subsidi saprodi dan KUR, hingga fasilitasi pemasaran.
Sementara itu, anggota DPD RI Made Mangku Pastika mengharapkan Perusda Bali dapat mengambil peran dalam memasarkan produk-produk pertanian dari Pulau Dewata yang berpotensi surplus.
"Perusda Bali bisa berperan untuk perdagangan antarpulau dan antarprovinsi. Dengan demikian, tidak ada daerah di Indonesia yang sampai kekurangan komoditas pangan," kata Pastika.
Pastika yang juga mantan Gubernur Bali dua periode itu mengatakan di tengah lesunya pariwisata Bali karena pandemi Covid-19, secara otomatis yang ikut "makan" di daerah tersebut menjadi berkurang.
"Kalau sebelumnya produksi pertanian selain untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Bali, juga untuk kepentingan pariwisata. Tetapi sekarang yang untuk pariwisata 'kan tidak terserap," ucap anggota Komite II DPD RI itu.
Selain itu, akibat pandemi Covid-19, masyarakat juga banyak yang beralih ke pertanian, sehingga sudah pasti produk-produk pertanian semakin surplus.
Penyerapan aspirasi secara virtual yang dipandu Nyoman Baskara itu juga menghadirkan Dirut Perusda Bali Nyoman Kami Artana, Ketua HKTI Bali Prof Dr Nyoman Supartha, dan Kepala Bulog Divisi Regional Bali Suhardi.