Senin 25 May 2020 18:25 WIB

Ekonomi Jerman Turun 2,2 Persen, Dipicu Penurunan Konsumsi

Ekonom memprediksi penurunan ekonomi lebih dalam pada kuartal I 2020.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Kapal kargo melintasi Sungai Main dengan latar gedung perkantoran di Frankfurt, Jerman, Jumat (1/5). Ekonomi Jerman turun 2,2 persen pada kuartal I 2020.
Foto: AP Photo/Michael Probst
Kapal kargo melintasi Sungai Main dengan latar gedung perkantoran di Frankfurt, Jerman, Jumat (1/5). Ekonomi Jerman turun 2,2 persen pada kuartal I 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kemerosotan investasi modal yang mencakup konsumsi swasta dan ekspor memicu ekonomi Jerman ke dalam resesi pada kuartal pertama. Hal ini juga disebabkan oleh pandemi corona.

Kantor Statistik Federal mengatakan investasi modal turun 6,9 persen, konsumsi swasta turun sebesar 3,2 persen dan ekspor turun 3,1 persen antara Januari dan Maret dibandingkan dengan tiga bulan terakhir pada 2019. Hal ini berarti konsumsi swasta merosot 1,7 poin persentase dari keseluruhan kegiatan ekonomi dan perdagangan bersih turun 0,8 poin persentase, yang berarti kontraksi kuartal pertama sebesar 2,2 persen merupakan tingkat penurunan terdalam sejak 2009.

Data menunjukkan investasi sektor konstruksi, yang menyumbang hampir 10 persen dari keseluruhan hasil nasional, naik sebesar 4,1 persen. Sektor ini hanya mampu berkontribusi 0,4 poin persentase ke pertumbuhan triwulanan.

Pengeluaran negara adalah titik terang dalam data suram. Pengeluaran pemerintah naik 0,2 persen pada kuartal tersebut. Bersama dengan data sektor konstruksi, konsumsi negara membantu mencegah kontraksi yang lebih dalam pada ekonomi Jerman. 

Penurunan sebesar 2,2 persen dalam output kuartal-ke-kuartal adalah yang terbesar sejak krisis keuangan satu dekade lalu dan terbesar kedua sejak reunifikasi Jerman pada 1990. Hal ini mengikuti kontraksi 0,1 persen dalam tiga bulan terakhir 2019.

Kepala Ekonom Carsten Brzeski memprediksi penurunan yang lebih besar dalam output pada kuartal kedua. Pasalnya, pada kuartal ini dilakukan pembatasan aktivitas yang menyebabkan terhentinya kegiatan ekonomi.

“Karena kinerja kuartal pertama adalah hasil dari 'hanya' dua minggu penguncian dan gangguan rantai pasokan karena langkah-langkah penguncian di Asia, tidak perlu banyak keterampilan analitis untuk memprediksi penurunan yang jauh lebih kuat kuartal kedua,” katanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement