REPUBLIKA.CO.ID, REJANG LEBONG -- Penjualan gula aren di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, masih stabil di tengah pandemi Covid-19. Dalam sehari, para perajin atau petani aren di sana bisa menghasilkan lima ton gula.
Ketua Kelompok Tani (Koptan) Sari Aren Desa Air Meles Atas, Kecamatan Selupu Rejang, Suparman mengatakan, saat ini produksi gula aren yang berasal dari wilayah itu setiap harinya mencapai lima ton. Lokasi pemasaran produk masih dalam wilayah Provinsi Bengkulu, serta kota, dan kabupaten di Sumatra Selatan.
"Saat ini penjualan gula aren atau gula batok masih stabil dengan harga jual di tingkat petani Rp 15 ribu hingga Rp 16 ribu per kg," kata Suparman saat ditemui, Senin (25/5).
Gula aren yang dihasilkan petani di desa setempat setiap hari dijual kepada pedagang pengepul yang ada di Desa Air Meles Atas maupun pengepul dari luar desa yang selama ini sudah menjadi langganan mereka. Gula aren yang dihasilkan petani Desa Air Meles ini, selain dijadikan gula semut, sebagian lagi dijual kepada pengusaha kue serta untuk bahan pembuatan kuah (cuko) makanan khas Palembang yakni empek-empek.
Sementara itu, Kepala Dusun VI Desa Air Meles Atas, Rahman menyebutkan, jika di desa itu terdapat ratusan perajin gula aren. Para perajin memanfaatkan air nira yang disadap dari tanaman aren yang banyak tumbuh di kebun-kebun warga.
"Di sini ada ratusan hektare kebun aren yang ditanam di sela-sela tanaman kopi dan juga untuk pembatas lahan," ujar Rahman.
Produksi gula batok atau gula aren yang dihasilkan dari wilayah itu setiap harinya, kata Rahman, bisa mencapai dua ton. Pengolahan gula aren memakan waktu hingga 10 jam sehingga biasanya pada sore hari hasilnya langsung dijual perajin atau petani aren kepada pengepul yang ada di desa itu.