REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur PT Adhi Karya (Persero) Tbk Partha Sarathi menyatakan, sebanyak 90 proyek perusahaan masih berjalan secara normal. Sementara, sebanyak 17 proyek ditangguhkan karena pembiayaan dan kondisi di lapangan.
Sebagai kontraktor, Adhi Karya telah menerapkan protokol kesehatan dengan istilah the new normal di lingkungan kerja. Di antaranya melalui penyesuaian mess-mess bagi pekerja proyek di lapangan, kantin kantor, dan pengecekan berkala selama tiga bulan mendatang.
Partha mengatakan, Adhi Karya telah membuat skenario komparasi pendapatan dalam menghadapi situasi pandemi agar secara bisnis dan keuangan tidak mengalami drop-off. Terutama selama menjalani masa pandemi.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menambahkan, hingga saat ini semua proyek pembangunan di Jakarta masih tetap berjalan selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Maka kementerian memastikan, tidak ada masalah dengan pelaksanaan konstruksi di ibu kota.
“Sebab, pihak kontraktor tinggal menjalankan instruksi menteri PUPR. Di instruksi menteri itu sudah jelas,” kata Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR Trisasongko Widianto.
National Sales Manager BCI Asia Ronal Imam Setiawan menilai, pelaku bisnis konstruksi seperti supplier dan manufacturer harus mampu memetakan kondisi pasar konstruksi secara baik dengan pendekatan cluster modelling.
Hal ini karena, pada kondisi sekarang, banyak respon yang diterima oleh pelaku bisnis, di antaranya mendadak menghentikan kegiatan penjualan dengan alasan semua proyek dihentikan.
Berdasarkan riset yang dilakukan BCI Asia sebagai penyedia layanan informasi proyek konstruksi di Asia Pasifik, menunjukkan, dari kurun waktu kuartal II 2020 masih ada sebagian proyek. Baik di sektor residensial, hotel dan industrial yang tetap berjalan.
"ini merupakan peluang bagi para pelaku proyek sebagai mitra BCI Asia," ujar Ronal melalui siaran pers yang diterima Republika di Jakarta, Jumat (22/5).
Pada sektor residensial, kata dia, diperkirakan proyek baru atau new contract selama delapan bulan kedepan sebesar Rp 30,48 triliun, termasuk di sektor landed house dan apartmen.
Menurut Ronal, para pengembang memiliki penilaian khusus. Perlambatan yang terjadi pada awal ini dikarenakan cash flow dan lambatnya supply chain untuk bahan material bangunan, tetapi para mengembang memiliki argumentasi, situasi pandemi hanya bersifat sementara.
Ia menyebutkan, ada hal besar yang ingin mereka raih. Pertama, lonjakan besar populasi umur produktif dan kedua, populasi milenial sebesar 33,7 persen atau sebesar 88 juta dari total populasi nasional.
"Untuk sektor hotel memiliki korelasi dengan penurunan jumlah okupansi hotel sejak tiga bulan terakhir. Banyak pemilik hotel yang menghentikan proyeknya sementara mengingat belum stabilnya kondisi pembatasan mobilisasi massa atau PSBB," katanya.