REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan akan ada perubahan dan model bisnis baru dalam normalitas baru (new normal) masyarakat. Mereka tetap bisa menjalankan usahanya karena harus mulai bisa hidup bersama dengan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19
"Kami juga memikirkan bagaimana kita bisa mendukung perubahan dan model bisnis," kata Kepala LIPI Laksana Tri Handoko dalam webinar Teknologi dan Inovasi Indonesia Hadapi Covid-19, Jakarta, Selasa (19/5).
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) menjadi salah satu sektor terdampak Covid-19. Untuk menunjang usaha ini, maka model bisnis UMKM harus memanfaatkan berbagai teknologi tepat guna. Teknologi bisa yang sudah ada dan yang dikembangkan lebih lanjut. Pun dapat berupa pengemasan makanan olahan lokal dan diversifikasi produk yang ada.
Pada implementasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB), pelanggan tidak bisa makan di warung makan atau restoran. Pelaku UMKM yang tadinya hanya bisa menjual makanan di warung makan atau restoran bisa beralih untuk mengemas produk makanan yang dijual dalam kemasan sehingga bisa dijual ke berbagai wilayah di Indonesia.
"Pengemasan makanan olahan dan diversifikasi produk itu bisa membuka peluang pasar dan berpotensi meningkatkan omzet pelaku UMKM," kata Laksana.
Contohnya, empal gentong yang enak di Cirebon bisa dikalengkan sehingga membuka pasar untuk bisa dinikmati berbagai masyarakat di berbagai pelosok Tanah Air. Untuk diversifikasi produk, warung yang tadinya hanya menjual nasi jagung bisa mulai membuat mi nonterigu yang berbahan jagung atau singkong. Kemudian, produk dikemas dengan baik dan dikirim ke berbagai daerah dan diperjualbelikan secara online.