Senin 11 May 2020 14:54 WIB

Industri Telekomunikasi Hadapi Ketidakpastian Bisnis

Pandemi Covid-19 berdampak terhadap operasional perusahaan.

Teknisi XL Axiata memeriksa perangkat BTS di kawasan Rasuna Said, Jakarta, Senin (10/2). Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini mengatakan pandemi ini telah membuat harga saham perusahaan terkoreksi cukup dalam.
Foto: Antara/Galih Pradipta
Teknisi XL Axiata memeriksa perangkat BTS di kawasan Rasuna Said, Jakarta, Senin (10/2). Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini mengatakan pandemi ini telah membuat harga saham perusahaan terkoreksi cukup dalam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Telekomunikasi menjadi salah satu industri yang terdampak penyebaran Covid-19. Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini mengatakan pandemi ini telah membuat harga saham perusahaan terkoreksi cukup dalam.

Per hari ini, harga saham EXCL tercatat berada dikisaran Rp 2.400. Posisi tersebut turun drastis dari awal tahun yang sempat menyentuh level 3.360. "Dampak Covid-19 membuat harga saham perusahaan sudah jauh tertekan," kata Dian saat mengikuti RDPU virtual bersama Komisi VI DPR RI, Senin (11/5).

Dian mengatakan industri telekomunikasi saat ini sedang menghadapi ketidakpastian bisnis. Bisnis yang sudah direncanakan harus disesuaikan dengan situasi yang ada. Pasalnya, kebutuhan cakupan atau kapasitas pun sekarang ini berbeda dari yang sudah diperkirakan sebelumnya.

Menurut Dian, situasi saat ini berpotensi membuat perusahaan telekomunikasi mengalami kerugian lantaran daya beli masyarakat yang cenderung turun akibat melemahnya aktivitas ekonomi. Dian melihat dampak tersebut akan mulai terasa pada kuartal II. 

"Sampai bulan Maret belum terlihat adanya dampak. Dampak itu mulai terlihat pertengahan April di mana tingkat churn sudah mulai naik," kata terang Dian. 

Tidak hanya bisnis, pandemi Covid-19 juga berdampak terhadap operasional perusahaan. Meski mengurangi aktivitas, menurut Dian, perusahaan masih harus tetap mengeluarkan beban biaya pajak serta biaya ekstra untuk operasional. 

Upaya pencegahan pandemi juga membuat layanan ke masyarakat menjado tidak optimal. Protokol social distancing, menurut Dian, telah menghambat distribusi atau aktivitas lapangan karena masyarakat menolak petugas perusahaan untuk memperbaiki atau memasang perangkat baru. 

"Selain itu yang kami rasakan beberapa partner sudah mulai kesulitan menjalankan bisnisnya, sehingga suplai chain mulai terganggu," tutur Dian. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement