REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, pandemi virus corona baru (Covid-19) telah mengubah pola konsumsi rumah tangga di Indonesia, terutama dari ragam kebutuhan masyarakat. Data ini didapatkan melalui Survei Sosial Demografi Dampak Covid-19 yang kini sedang dikerjakan BPS.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, kebutuhan untuk alat kesehatan seperti obat, vitamin dan sanitasi, mengalami kenaikan. Sebanyak 73,28 responden mengaku mengalami perubahan pengeluaran dengan memasukkan alat kesehatan sebagai kebutuhan sehari-hari mereka saat ini.
Kondisi serupa terjadi dengan pulsa yang kini semakin dibutuhkan seiring peningkatan penggunaan internet setelah kebijakan work from home (WFH). Sebanyak 56,55 persen responden mengaku, kebutuhan mereka terhadap pulsa bertambah setelah pandemi.
Di sisi lain, Suhariyanto menambahkan, kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) justru tidak berubah. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diindikasikan menyebabkan masyarakat semakin jarang melakukan mobilisasi dengan kendaraan. Dampaknya, tingkat pengeluaran mereka untuk konsumsi BBM masih sama, atau bahkan cenderung turun.
"Bisa dilihat, Covid-19 tidak hanya mengubah perilaku masyarakat, tapi juga mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga," tutur Suhariyanto dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR secara virtual, kemarin.
Survei ini bertujuan melihat persepsi dan pemahaman masyarakat mengenai Covid-19 serta dampak yang dirasakan masyarakat. Suhariyanto mengatakan, BPS berupaya menangkap poin tersebut, sehingga pemerintah mampu mengantisipasi dan berusaha memahami apa yang dilakukan masyarakat dalam menghadapi pandemi.
Melalui data ini, Suhariyanto mengatakan, pemerintah dapat membuat kebijakan untuk mengakomodir barang-barang yang kini menjadi kebutuhan masyarakat. Sebab, ketika permintaan meningkat, sedangkan ketersediaan terbatas, tentu akan mengganggu kehidupan sosial dan ekonomi.
Dari survei yang sama, BPS juga menemukan, sebanyak 56 responden menyatakan adanya peningkatan pengeluaran. Sedangkan, hanya 0,96 persen responden yang mengalami kenaikan pemasukan. Lebih dari 50 persen di antara mereka justru mengalami penurunan pemasukan.
Dengan berbagai kondisi ini, Suhariyanto mengatakan, pemerintah harus terus melakukan refocusing dan realokasi APBN sebagai respons mengatasi dampak pandemi. "Sebab, gimanapun, kita harus utamakan keselamatan dan kesehatan, meski juga perlu memikirkan perekonomian," ucapnya.