REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) (Persero) Edi Sukmoro mengatakan mengalami penurunan pendapatan. Padahal, Edi mengatakan kerugian kas operasional pada Maret 2020 mencapai Rp 693 miliar.
Dia menjelaskan, kerugian tersebut dikarenakan adanya penurunan penumpang yang cukup sifnifikan. “Pendapatan penumpang ini kalau kita bandingkan dari Februari 2020 perhari bisa Rp 39 miliar tapi tanggal 3 Maret 2020 jadi Rp 4 miliar,” kata Edi dalam rapat dengar pendapat secara virtual bersama Komisi VI DPR, Rabu (29/4).
Edi mengatakan penurunan penumpang terus berkurang semakin jauh setelah pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik Idul Fitri Tahun 1441 Hijriah Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Virus Corona (Covid-19). Hanya saja penurunan penumpang karena aturan tersebut baru mulai terjadi pada April 2020.
“Secara kasar sebenarnya dimulai kalau akhir pandemi ini di bulan Juni maka kita sudah rugi di laba rugi tahun berjalannya. Di bulan Agustus lebih besar meruginya dan Desember 2020 lebih besar,” jelas Edi.
Untuk mengatasi hal tersebut, Edi memastikan KAI saat ini tengah melakukan efisiensi biaya hingga 40 persen. Hanya saja, dia menegaskan efisiensi tidak dilakukan untuk keselamatan perjalanan.
Sebab, kata dia, KAI saat ini masih mengoperasikan kereta api penumpang dan juga barang. Edi menuturkan KAI juga mencoba negosiasi ualang untuk perawatan bulanan, enam bulanan, dan tahunan.
“Saat ini seluruh KA jarak jauh sudah tidak dijalankan. Hanya saja masih jalan kereta rel listrik dan KA lokal misalnya di area kota itu sendiri seperti Bandung Raya dan Yogyakarta-Solo masih jalan karena di area mereka sendiri,” ungkap Edi.