REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Direktur Pendidikan dan Riset Keuangan Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat mengatakan, dari beberapa riset, kondisi ekonomi syariah Indonesia terbilang melesat. Emir mencontohkan, Indonesia naik dari peringkat 2 ke peringkat 1 untuk Global Muslim Travel Index 2019 versi Crescent Rating dan Master Card.
Kemudian Cambridge Institute of Islamic Finance menobatkan Indonesia di peringkat pertama untuk Global Islamic Finance Report (GIFR) 2019. Indonesia pun, kata dia, menjadi negara eksportir keempat untuk produk halal ke negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
“Produk domestik bruto (GDP) negara anggota OKI sebesar 15,8 triliun pada 2013 naik menjadi 19,4 triliun pada 2017, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,1 persen. Jumlah populasi muslim di negara anggota OKI pun mencapai 1,3 miliar jiwa atau 80 persen dari total penduduk muslim dunia,” paparnya.
Belum lagi, kata dia, potensi di bidang Sumber Daya Manusia (SDM), pendidikan, dan lainnya. Potensi tersebut, masih bisa digenjot. Salah satu caranya dengan pengembangan literasi halal lifestyle, pengembangan SDM, pengembangan industri halal itu sendiri, dan lainnya.
Untuk mempercepat optimalisasi ekonomi syariah KNEKS menggandeng Sekolah Bisnis Manajemen (SBM) ITB untuk riset bidang investasi syariah. Penunjukkan tersebut, ditandai dengan penandatanganan MoU Virtual.
“Kami memiliki 11 inisiatif strategis untuk mengembangkan ekonomi syariah ini. Kerja sama dengan ITB merupakan salah satu langkah ke arah sana,” katanya.
Dia mengatakan setidaknya ada 5 bidang yang berkontribusi terhadap jumlah tersebut. Lima bidang itu yakni halal food 1,369 miliar dolar AS.
Selanjutnya, modest fashion dengan nilai 283 miliar dolar AS. Media and recreation dengan nilai 220 miliar dollar AS, Muslim-friendly travel dengan nilai 189 miliar dollar AS, serta pharmaceuticals and cosmetic senilai 156 miliar dolar AS.
“Angka tersebut belum termasuk keuangan syariah. Jumlah Islamic finance assets di dunia mencapai Rp 2,5 triliun,” ujar Emir dalam Guest Lecture-Financial Management Class melalui Webex Meeting.
Menurutnya, dengan jumlah penduduk muslim di dunia yang mencapai 1,8 miliar atau 24 persen dari penduduk dunia, pihaknya memperkirakan, jumlah belanja di 2024 mencapai 3,2 triliun dolar AS. Angka itu diperoleh dengan asumsi tidak ada kejadian tidak terduga seperti pandemi corona.