Selasa 21 Apr 2020 10:39 WIB

IHSG Anjlok Tertekan Penurunan Harga Minyak

Perdagangan IHSG sejak kemarin dipengaruhi oleh harga minyak dunia.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah pada perdagangangan Selasa (21/4). Indeks saham melemah rata-rata di atas satu persen hingga menyentuh level terendahnya di posisi 4.495,85. Sementara indeks LQ45 terkoreksi lebih dalam sebesar 2,19 persen.
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah pada perdagangangan Selasa (21/4). Indeks saham melemah rata-rata di atas satu persen hingga menyentuh level terendahnya di posisi 4.495,85. Sementara indeks LQ45 terkoreksi lebih dalam sebesar 2,19 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah pada perdagangangan Selasa (21/4). Indeks saham melemah rata-rata di atas satu persen hingga menyentuh level terendahnya di posisi 4.495,85. Sementara indeks LQ45 terkoreksi lebih dalam sebesar 2,19 persen. 

Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christopher mengatakan pelemahan IHSG yang mulai terjadi sejak perdagangan kemarin sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak dunia. Secara global IHSG dibayangi kekhawatiran akibat fluktuasi harga minyak dunia.

"IHSG melemah didorong oleh kembali anjloknya harga minyak dimana sangat mempengaruhi bagi negara penghasil komoditas seperti Indonesia," kata Dennies, Selasa (21/4). 

Di sisi lain, menurut Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, data realisasi investasi Indonesia yang mencatatkan pertumbuhan positif menjadi angin segar bagi pasar. Realisasi investasi tumbuh di tengah tekanan Covid-19. 

Badan Koordinasi Penanaman Modal

(BKPM) mencatat realisasi investasi langsung sebesar Rp 210,7 triliun sepanjang Januari-Maret 2020. Pencapaian realisasi investasi kuartal I 2020 tumbuh 8 persen year on year (yoy) dibanding kuartal I 2019 senilai Rp 193,9 triliun. Bahkan dibandingkan kuartal IV 2019 masih tumbuh 1,2 persen. 

Meski demikian, pertumbuhan realisasi investasi di kuartal dua masih menjadi pertanyaan. Nico melihat, kondisi perekonomian di kuartal satu jelas jauh berbeda dengan dengan kuartal II dimana dampak Covid-19 baru dirasakan pada Maret lalu. 

"Ini tentunya menjadi perhatian para investor karena virus corona akan berdampak terhadap Penanaman Modal Asing berikutnya," kata Nico. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement