REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Data Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan, impor untuk konsumsi pada Maret 2020 mengalami kenaikan signifikan menjadi 1,27 miliar dolar AS. Jumlah tersebut naik 43,80 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya, dan tumbuh 10,66 persen secara year on year (yoy) atau apabila dibandingkan Maret 2019.
Salah satu barang konsumsi yang mengalami kenaikan impor adalah senjata dan amunisi serta bagiannya. Kenaikannya mencapai 184,6 persen dibandingkan Februari 2020, dari 2,5 juta dolar AS menjadi 187,1 juta dolar AS. Sementara, dibandingkan Maret 2019 yang nilai impornya sebesar 2,1 juta dolar AS, kenaikannya juga signifikan, yaitu hingga 185 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan golongan barang ini memang impor rutin dilakukan setiap tahun untuk kebutuhan pertahanan dan keamanan negara. "Kebetulan, 2020 jatuhnya di Maret," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Rabu (15/4).
Selain senjata dan amunisi, kenaikan impor bawang putih dari China juga menjadi faktor pendorong pertumbuhan impor konsumsi. Dibandingkan dengan Februari 2020, nilai impor komoditas ini pada Maret 2020 mengalami kenaikan hingga 18,8 juta dolar AS. Secara volume, jumlahnya bertambah sampai 17 ribu ton.
Beras juga menjadi komoditas yang mengalami kenaikan impor pada bulan lalu. Nilainya naik 16,8 juta dolar AS, sementara volume naik 24.500 ton jika dibandingkan Februari. Indonesia mengimpor komoditas tersebut dari Thailand dan Vietnam.
Selain barang konsumsi, impor bahan baku/ penolong pun mengalami kenaikan menjadi 10,28 miliar dolar AS. Pertumbuhannya 16,34 persen dibandingkan Februari, dan 1,72 persen dibandingkan Maret 2019. "Beberapa barang yang mengalami peningkatan adalah peralatan terkait portable receiver untuk HP dan barang elektronik lain," kata Suhariyanto.
Di sisi lain, barang modal mengalami kontraksi. Pada bulan lalu, nilainya sebesar 1,80 miliar dolar AS yang tumbuh negatif 1,55 persen dibandingkan Februari 2020 dan negatif 18,07 persen dibandingkan Maret 2019.
Secara umum, nilai impor pada bulan lalu mencapai 13,35 miliar dolar AS. Nilai ini naik 15,60 persen dibandingkan Februari 2020 (11,55 miliar dolar AS). Peningkatan terbesar berasal dari Cina yang naik hingga 1,0 miliar dolar AS. "Recovery di sana cepat, sehingga impor kita dari Tiongkok meningkat," tutur Suhariyanto.
Neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2020 sendiri mengalami surplus sebesar 743 juta dolar AS. Komposisinya, ekspor sepanjang bulan lalu mencapai 14,09 miliar dolar AS, sementara impor 13,35 miliar dolar AS.