Selasa 14 Apr 2020 17:23 WIB

BI: Risiko Resesi Ekonomi akan Terjadi Pertengahan 2020

Pemulihan kondisi ekonomi dunia akan tercermin berkurangnya kepanikan pasar keuangan.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo.
Foto: Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyebut pandemi virus corona yang meluas ke seluruh dunia telah berdampak pada meningkatnya risiko resesi perekonomian global pada tahun ini. Hal ini dipengaruhi oleh menurunnya permintaan serta terganggunya proses produksi seperti pembatasan mobilitas manusia.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan pertumbuhan ekonomi negara maju seperti Amerika Serikat dan negara di kawasan Eropa akan mengalami kontraksi pada tahun ini. Meskipun berbagai kebijakan ultra-akomodatif dari kebijakan fiskal dan moneter telah ditempuh.

Baca Juga

“Risiko resesi ekonomi dunia akan terjadi pada triwulan dua dan triwulan tiga 2020, sesuai dengan pola pandemi covid-19. Namun, pada triwulan empat 2020 diperkirakan kondisi ekonomi dunia akan kembali membaik,” ujarnya saat video conference di Jakarta, Selasa (14/4).

Menurutnya pemulihan kondisi ekonomi dunia pada kuartal empat 2020 akan tercermin berkurangnya kepanikan pasar keuangan dunia pada April 2020. Perry menekankan berkurangnya kepanikan didukung oleh sentimen positif atas berbagai respons kebijakan yang ditempuh banyak negara.

"Risiko pasar keuangan dunia yang berkurang seperti tercermin pada penurunan volatility index (VIX) dari 85,4 pada 18 Maret 2020 menjadi 41,2 pada 14 April 2020," jelasnya.

Atas hal tersebut, Perry menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan mengalami penurunan signifikan pada triwulan dua dan triwulan tiga 2020. Hal ini sejalan dengan prospek kontraksi ekonomi global dan juga dampak ekonomi dari upaya pencegahan peyebaran virus corona.

“Perekonomian nasional diperkirakan kembali membaik mulai triwulan empat 2020 dan secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi 2020 diperkirakan dapat menuju 2,3 persen dan akan meningkat lebih tinggi pada 2021,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement