REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Corona telah memberikan dampak luar biasa bagi perekonomian dunia. Associate Peneliti ekonomi Muhammad Zulfikar Rakhmat dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memperkirakan pandemi Covid-19 akan membawa dunia kembali ke era proteksionisme.
"Covid-19 akan membawa berbagai negara di dunia ke masa kebijakan proteksionisme pernah berjaya, kemungkinan dengan bentuk yang baru," ujar Zulfikar Rakhmat dalam diskusi daring bertema "Dunia Setelah Corona" di Jakarta, Rabu malam.
Selain itu, dia juga menambahkan dampak yang ditimbulkan oleh Covid-19 tersebut begitu luar biasa terhadap perekonomian global, sehingga kemungkinan mereka yang nantinya melakukan perjalanan baik domestik maupun internasional akan terus menerus mendapatkan penyuluhan mengenai pencegahan Covid-19.
"Saya memikirkan kapan pandemi ini akan berakhir? kemungkinan hal tersebut akan lama," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, pengamat ekonomi Indef lainnya, Andry Satrio, menilai negara-negara di dunia pascapandemi Covid-19 akan lebih ketat dalam mengawasi arus keluar masuk manusia di perbatasannya.
Setelah ini terjadi, semuanya akan lebih parah dibandingkan perang dagang. Kemungkinan, kata ia, akan terjadi deglobalisasi yang benar-benar ketat mengingat berbagai negara di dunia akan menutup perbatasannya atau minimal mengawasi perbatasan sangat ketat terhadap para pendatang dari luar.
Andry juga menilai bahwa pandemi Covid-19 di seluruh dunia baru akan berakhir ketika vaksin untuk menanggulangi penyakit tersebut telah ditemukan. "Bisa dibilang setahun dari sekarang, terdapat peluang vaksin Covid-19 baru ditemukan," katanya.
Sebelumnya, analisis Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial Persatuan Bangsa Bangsa (UN-DESA) menyebut perekonomian global dapat menyusut hingga satu persen pada 2020 karena pandemi Virus Corona baru atau Covid-19, dan dapat berkontraksi lebih jauh jika pembatasan kegiatan ekonomi diperpanjang tanpa respons fiskal memadai.
Pengarahan UN-DESA menunjukkan jutaan pekerja berisiko kehilangan pekerjaan ketika hampir 100 negara menutup perbatasan nasional mereka. Itu bisa berarti kontraksi ekonomi global 0,9 persen pada akhir 2020, atau bahkan lebih tinggi jika pemerintah gagal memberikan dukungan pendapatan dan membantu meningkatkan belanja konsumen.
Menurut perkiraan, penguncian di Eropa dan Amerika Utara memukul sektor jasa dengan keras, terutama industri yang melibatkan interaksi fisik seperti perdagangan ritel, rekreasi dan perhotelan serta transportasi.