REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menjalin kerja sama dengan Federal Reverse Amerika Serikat (Fed) untuk repo line atau repurchased agreement. Kerja sama yang biasa disebut foreign and international monetary authorities (FIMA) tersebut akan digunakan jika dibutuhkan dalam stabilisasi nilai tukar.
"Kami sudah komunikasi dengan The Fed dan mencapai kesepakatan, The Fed menyediakan repo line yang jumlahnya 60 miliar dolar AS," kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, Selasa (7/4).
Fasilitas repo line dan swap line The Fed ditawarkan pada sejumlah bank sentral di dunia, baik negara maju maupun berkembang. Perry menambahkan, hingga saat ini hanya beberapa negara emerging market yang bekerja sama untuk fasilitas repo line.
Menurutnya, ini merupakan salah satu dukungan dan kepercayaan The Fed pada Indonesia terkait prospek ekonomi. Perry mengatakan, hingga saat ini BI belum berencana menggunakannya, tapi sudah siap jika memerlukan likuiditas untuk dolar AS.
Saat ini nilai tukar terus menguat ke level Rp 16.125 dolar AS. Perry mengatakan, sejumlah dari cadangan devisa sudah dialokasikan dalam bentuk likuid sehingga memudahkan intervensi dalam stabilisasi rupiah.
Cadangan devisa per akhir Maret 2020 tercatat 121 miliar dolar AS, berkurang dari 130 miliar dolar AS pada akhir Februari 2020. Perry menyampaikan sebanyak 2 miliar dolar AS sudah digunakan untuk membayar utang luar negeri pemerintah yang jatuh tempo dan 7 miliar dolar AS untuk stabilisasi rupiah.
"Cadangan devisa banyak keluar khususnya pada pekan kedua dan ketiga Maret karena kepanikan global," katanya.
Sebagian cadangan devisa yang ditempatkan untuk sekuritas di surat berharga Treasury AS juga bisa digunakan sebagai underlying untuk lakukan repo dengan The Fed. Perry memastikan bahwa cadangan devisa Indonesia masih lebih dari cukup.
Selain cadangan devisa yang merupakan buffer utama, BI juga punya second line of defense berupa fasilitas bilateral swap dengan sejumlah bank sentral negara lain. Ini adalah modal moneter untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.
"Saat ini kita prioritaskan untuk kestabilan nilai tukar," katanya.