REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk berencana akan melebur enam anak usaha yang tidak produktif. Saat ini dipastikan satu cucu perusahaan yang akan dilebur yaitu Tauberes, sementara lima anak usaha lainnya masih dalam proses kajian.
“Kita yang lainnya terus review,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, Senin (6/4). Dalam prosesnya saat ini, Irfan memastikan Garuda Indonesia masih menunggu petunjuk dan pelaksanaan rasionalisasi enam perusahaan yang akan dilebur tersebut. Irfan menuturkan saat ini rasionalisasi masih dalam proses dan diharapkan dapat terlakasana.
“Enam perusahaan ini ditutup dan digabung ke Garuda,” tutur Irfan. Sebelumnya, Irfan juga memastikan meski akan melebur enam anak usahanya namun tetap menjamin nasib para sumber daya manusia (SDM) nya. Irfan menegaskan SDM di enam anak usaha tersebut tidak akan diberhentikan begitu saja.
“Tidak ada yang melakukan rasionalisasi terhadap SDM di anak usaha cucu tersebut (perusahaan yang dilebur),” kata Irfan dalam video conference bersama Menteri BUMN Erick Thohir, Jumat (3/4). Irfan memastikan SDM di dalam perusahaan yang dilebur terdebut akan direlokasi. Dengan begitu, Irfan menegaskan tidak akan ada penghentian kerja kepada SDM setelah perusahaannya dileburkan.
Dia yakin rasionalisasi terhadap enam anak usaha Garuda Indonesia akan berdampak positif terhadap perusahaan. “Seperti Tauberes kita masukan ke dalam bagian Garuda sendiri. Jadi akan lebih efisien dan tepat dalam pengambilan keputusannya,” kata Irfan.
Irfan menilai dengan adanya rasionalisasi tersebut maka seharusnya efisiensi biaya akan lebih sesuai. Terlebih, Irfan menegaskan untuk selanjutnya Garuda Indonesia tidak akan mengambil jatah bisnis pihak lain dengan mendirikan anak cucu usaha.
“Seperti sewa mobil juga, ngapain //sih// Garuda juga mesti punya sewa mobil. Itu bisa untuk orang lain kenapa kita musti tidak mau bekerja sama dengan orang luar. Tanpa personal interest ya, tapi memberikan kesempatan perusahaan di sekeliling kita menikmati kue," kata Irfan.
Seperti salah satunya yakni Garuda Training Center yang menurut Irfan juga tidak efisien dengan tujuan dapat memberikan sertifikasi kepada pilot dan awak kabin di seluruh Indonesia bahkan luar negari. Pada kenyataannya, Irfan mengatakan setelah dievaluasi justru terlalu banyak birokrasi dan biaya namun revenue tidak maksimal.
Irfan mengatakan sebelumnya Garuda Indonesia ingin membuat unit atau perusahaan khusus untuk penerbangan sewa namun setelah dievaluasi juga tidak efisien. "Ternyata kembali lagi menciptakan birokrasi berlebihan dan inefisiensi jadi kita kembalikan lagi ke PT Garuda Indonesia," kata Irfan.
Menteri BUMN Erick Thohir Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan langkah untuk melakukan rasionalisasi anak cucu perusahaan merupakan rencana sejak lama dilakukan. Erick menegaskan, hal tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan kondisi pandemi virus corona atau covid-19.
Kementerian BUMN akan tetap melaksanakan proyek strategis. “Fokus kepada bisnis inti agar kita bisa terus sehat. Apalagi dengan adanya Covid-19 terus efisiensi. Kami juga di Kementerian BUMN melakukan sama, bisnis proses yang benar harus dilakukan,” katanya.
Erick memastikan saat ini terus diupayakan efisiensi dengan melebur anak cucu perusahaan BUMN yang tidak produktif. Hanya saja, Erick menegaskan hal tersebut tidak akan berdampak negatif kepada SDM."Nasib karyawannya kita seminimal mungkin tidak lay off (memberhentikan) karena banyak sekali perusahaan-perusahaan yang kita efisiensikan," tuturnya.