REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan pemerintah untuk menjaga betul kelancaran arus distribusi pangan antar daerah. Mengingat, pada akhir bulan ini akan memasuki bulan Ramadhan di mana permintaan bahan pangan mengalami kenaikan signifikan.
"Perlu digarisbawahi di akhir bulan ini kita akan memasuki bulan Ramadhan. Karena itu, kita perlu siap-siap menjaga kelancaran distribusi pangan supaya harga tetap terjangkau," kata Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Rabu (1/4).
Suhariyanto menuturkan, inflasi laju inflasi pada bulan Maret 2020 sebesar 0,10 persen. Angka itu menjadi yang terendah sejak awal tahun, yakni 0,39 persen bulan Januari dan 0,28 persen bulan Februari. Adapun inflasi tahunan (year on year/yoy) sebesar 2,96 persen atau masih dalam rentang target pemerintah 3 persen.
Ia menilai, rendahnya inflasi pada satu bulan sebelum Ramadhan merupakan kinerja yang baik dari pemerintah. Dengan begitu, di harapkan kenaikan inflasi yang diprediksi terjadi pada bulan April 2020 akan lebih terkendali dan tak menekan daya beli masyarakat.
"Kita hargai pemerintah, kita akan melihat perkembangan inflasi di bulan Aprl ini karena perlu diantisipasi," ujarnya.
BPS pun berharap, laju inflasi pada bulan April dan Mei yang bertepatan dengan Ramadhan dan Lebaran bisa terkendali seperti halnya di tahun 2019. Pada tahun lalu, Ramadhan dan Lebaran jatuh pada bulan Mei dan Juni di mana angka inflasi masing-masing 0,68 persen dan 0,55 persen dengan inflasi yoy 3,32 persen dan 3,28 persen.
"Apa yang sudah dicapai pemerintah di tahun lalu kita harapkan terjadi kembali di tahun ini," ujarnya.
Adapun pada bulan Maret 2020, kelompok komoditas makanan, minuman, dan tembakau tidak menjadi kelompok yang mengalami inflasi tertinggi. Suhariyanto menyampaikan, kelompok ini hanya mengalami inflasi 0,10 persen dengan andil inflasi 0,03 persen sepanjang Maret 2020.
Lebih detail, komoditas yang menyumbang inflasi yakni telur ayam ras dan bawang bombai masing-masing 0,03 persen, gula pasir 0,02 persen, serta bawag merah, bayam, kangkung, anggur, jeruk, rokok kretek filter dan rokok putih masing-masing 0,01 persen.
Sementara komoditas yang memberikan andil deflasi yakni cabai merah 0,04 persen serta ikan segar, bawang putih, dan minyak goreng masing-masing 0,01 persen.