REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Indonesia disebut sebagai salah satu dari tiga negara yang menjadi ladang subur untuk pertumbuhan fintech syariah. Negara lainnya adalah Malaysia dan Singapura.
Seorang pengusaha dan pendiri perusahaan modal ventura, Golden Gate Ventures, Vinnie Lauria, menyampaikan, ia telah mengawasi sektor-sektor teknologi baru di Asia Tenggara. Ia melihat pertumbuhan yang signifikan dalam industri keuangan Islam.
"Malaysia, Singapura, Indonesia telah membuat kemajuan besar dalam hal membangun proyek-proyek inovatif yang berfokus pada sektor keuangan Islam," katanya dilansir di Crowdfund Insider, Ahad (15/3).
Golden Gate Ventures adalah perusahaan yang kini mengelola aset lebih dari 250 juta dolar AS dan menawarkan berbagai layanan digital. Lauria menyampaikan, perusahaannya yang berbasis di Singapura itu telah mengawasi sejumlah potensi.
Menurut dia, pasar utama fintech syariah Asia Tenggara ada di Indonesia, yang merupakan rumah bagi sekitar 230 juta Muslim. Indonesia dengan populasi Muslim terbanyak di dunia itu menjadi pasar yang legit.
Dua jenis fintech yang kini paling populer adalah peer-to-peer lending (P2P) dan crowdfunding atau fintech urun dana. Dua layanan tersebut dapat diakses dengan mudah oleh hampir 2 miliar Muslim di seluruh dunia.
Lauria juga menunjukkan bahwa banyak start-up teknologi memiliki posisi yang baik untuk bersaing dengan bank tradisional Islam. Ia mengeklaim bahwa permintaan global secara keseluruhan untuk layanan yang sesuai syariah meningkat.
Aset keuangannya di seluruh dunia baru-baru ini sudah bernilai lebih dari 2,4 triliun dolar AS. Nilai tersebut naik secara signifikan dari hanya 200 miliar dolar AS pada tahun 2003.
Thomson Reuters memperkirakan pasar keuangan syariah akan mencapai 3,8 triliun dolar AS pada tahun 2022. Proyek-proyek fintech baru akan mendorong sebagian besar pertumbuhannya.