REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Miliarder dunia, Warren Buffett menyatakan bahwa dampak virus Corona yang mengintervensi pasar perang harga minyak, tidak seburuk krisis keuangan pada tahun 1987 dan 2008. Meskipun pada Senin (9/3), saham Amerika Serikat mengalami penurunan sangat tajam sejak krisis keuangan.
"Jika anda bertahan cukup lama, anda akan melihat semuanya di pasar. Mungkin saya perlu 89 tahun untuk melempar pengalaman ini, jika anda harus terbuka dari detik ke detik, mereka bereaksi terhadap berita dalam waktu yang besar," ungkap CEO Berkshire Hathaway, seperti dikutip dari Fox Business, Kamis (12/3).
Menurut Buffett, kepanikan yang terjadi pada tahun 2008 itu jauh lebih mengerikan dibanding pekan ini. Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite turun ke 7,9 persen dan 7,2 persen.
Begitu juga Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 1.464,94 poin atau 5,86 persen menjadi 23.553,22. Indeks 30-saham jatuh lebih dari 20 persen dari rekor penutupan tertinggi bulan lalu.
"Ini bukan Oktober 1987, tapi itu mirip. Kombinasi dari virus corona dan apa yang terjadi dengan minyak selama seminggu adalah pukulan satu-dua yang besar," terang orang terkaya di dunia itu.
Buffett juga menyebut keruntuhan pasar pada musim gugur 2008, di tengah krisis keuangan itu jauh lebih menakutkan. Pada 2008 lalu, menurutnya krisisnya menyebar ke dana pasar uang dan surat kabar komersial.
Oleh karena itu, ia berupaya untuk menenangkan pasar dan investor. "Saya tidak berpikir itu akan mempengaruhi apa yang Anda lakukan di pasar saham tapi dalam kemamusiaan memang menjadi hal yang menakutkan saat terjadi pandemi," tutur Buffett.