REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyampaikan, rencana pembelian kembali atau buyback saham BUMN akan disesuaikan dengan kondisi keuangan masing-masing perusahaan. Menurut Kartika, pembelian saham kembali diberikan kepada perusahaan yang memiliki likuiditas yang baik agar tidak mengganggu kinerja keuangan perusahaan.
"(Buyback) Rp 8 triliun tergantung likuiditas masing-masing, kalau secara proporsi yang besar memang di perbankan karena memang lebih besar dananya. Kalau konstruksi mereka yang nggak punya likuiditas seperti Adhi (Adhi Karya) mungkin nggak masuk," ujar Kartika usai kunjungi RS Pertamina Jaya di Cempaka Putih, Jakarta, Rabu (11/3).
Kementerian BUMN, kata Kartika, telah memberikan lampu hijau bagi 12 BUMN seperti BRI, Mandiri, Jasa Marga, hingga Waskita Karya untuk melakukan buyback dengan total Rp 8 triliun. "Mereka menyediakan dana total Rp 8 triliun. Mulai hari ini dapat persetujuan, mungkin mulai besok muncul di keterbukaaan informasi untuk diumumkan mereka dapat persetujuan buyback," ucap Kartika.
Kartika menambahkan, aksi buyback akan dilakukan secara bertahap dengan melihat perkembangan pasar. "Kita akan taktis, tidak akan digelontorkan sekaligus, tapi kita lihat karena situasi mungkin akan cukup lama, mereka akan sediakan dana tapi penggunaan tergantung perubahan dari fundamentalnya," kata Kartika.
Sebelumnya, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, Kementerian BUMN telah melakukan koordinasi dengan 12 BUMN yang akan melakukan buyback. "Tadi sudah koordinasi untuk buyback saham, ada 12 BUMN yang akan buyback nilainya Rp 7 triliun sampai Rp 8 triliun," ujar Arya di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (10/3).
Arya memerinci, BUMN-BUMN yang akan melakukan buyback terdiri atas BUMN perbankan seperti BRI, Mandiri, BTN, BNI; BUMN konstruksi seperti Wijaya Karya, Adhi Karya, PP, Jasa Marga, Waskita; dan BUMN pertambangan seperti Antam, Bukit Asam, serta Timah. Arya mengatakan rencana buyback saham BUMN tak lepas dari penurunan IHSG.
"Periodenya buyback sudah mulai diserahkan kepada masing-masing perusahaan strateginya," ucap Arya.