REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dolar AS jatuh terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya akhir perdagangan Selasa (3/3) atau Rabu (4/3) pagi WIB). Kejatuhan dolar AS terjadi setelah Bank Sentral AS, Federal Reserve (Fed), memangkas suku bunga dalam langkah darurat yang dirancang untuk melindungi ekonomi terbesar dunia itu dari dampak virus corona.
Meskipun Ketua Fed Jerome Powell menegaskan kembali pandangannya bahwa ekonomi AS tetap kuat, ia mengakui bahwa penyebaran virus telah menyebabkan perubahan material dalam prospek untuk pertumbuhan bank sentral AS.
"Virus dan langkah-langkah yang diambil untuk menahannya pasti akan membebani aktivitas ekonomi, baik di sini maupun di luar negeri, untuk beberapa waktu," kata Powell dalam konferensi pers tak lama setelah bank sentral mengatakan pihaknya memangkas suku bunga setengah poin persentase ke kisaran target 1,00-1,25 persen.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, turun 0,41 persen menjadi 97,13. Indeks tergelincir ke level terendah delapan minggu di 96.926 setelah keputusan suku bunga sebelum mengurangi kerugiannya.
"Ini jelas tidak baik untuk dolar," kata Mark McCormick, kepala global strategi valas di TD Securities.
Sementara AS memiliki ruang untuk memangkas suku bunga, negara-negara maju lainnya telah memangkas suku bunga ke rekor terendah dan mungkin ragu untuk menurunkannya lebih lanjut. Itu kemungkinan akan membebani mata uang AS dan meningkatkan mata uang negara lain, katanya.
Pemotongan suku bunga pada Selasa (3/3) mendorong swap basis mata uang silang euro-dolar tiga bulan ke tertinggi 12 tahun di 0,80 basis poin, naik dari basis 0,29 sehari sebelumnya. Langkah itu menunjukkan pada pengurangan tajam kekurangan dolar.
Langkah The Fed datang tak lama setelah pejabat keuangan Kelompok Tujuh (G7) mengatakan pada Selasa (3/3) bahwa mereka akan menggunakan semua alat kebijakan yang tepat untuk mencapai pertumbuhan global yang kuat dan berkelanjutan dan menjaga terhadap risiko penurunan yang ditimbulkan oleh virus corona yang menyebar cepat.
Aset-aset berisiko global, termasuk ekuitas, terpukul pekan lalu karena investor khawatir tentang dampak ekonomi dari penyebaran virus global.
Safe-haven yen Jepang dan franc Swiss menguat terhadap dolar AS pada Selasa (3/3), karena investor tetap khawatir tentang dampak ekonomi dari wabah virus corona. Yen, yang cenderung menarik investor selama masa-masa tekanan geopolitik atau finansial karena Jepang adalah negara kreditor terbesar di dunia, menguat sekitar satu persen terhadap dolar, sementara franc Swiss, safe haven lainnya, naik 0,3 persen.
Euro, yang terangkat dalam beberapa sesi terakhir karena harapan bahwa AS akan dapat melakukan lebih banyak pada penurunan suku bunga daripada Eropa, menguat 0,42 persen terhadap dolar.
Pada Selasa (3/3), dolar Australia 0,84 persen lebih tinggi setelah bank sentral Australia, Reserve Bank of Australia (RBA), memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, seperti yang diantisipasi. Pasar menilai kemungkinan pemotongan yang lebih besar.
Poundsterling naik 0,42 persen terhadap dolar pada hari yang sama, bahkan ketika pembicaraan perdagangan Inggris dengan Uni Eropa dan harapan penurunan suku bunga untuk melawan kerusakan virus corona membuat mata uang itu mendekati posisi terendah 4,5 bulan terakhir.