REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) konsisten memerah sepekan ini. Sempat menyentuh level 5.288,37 atau turun nyaris 5 persen pada perdagangan sesi pertama, indeks saham kembali melesat ke posisi 5.452,70 pada penutupan perdagangan hari ini, Jumat (28/2).
Bursa Efek Indonesia (BEI), mengakui penyebaran virus corona merupakan faktor utama penurunan IHSG dalam beberapa hari terakhir ini. "Memang ini sangat besar pengaruhnya dari virus corona," kata Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi, Jumat (28/2).
Terkait penurunan drastis ini, Inarno mengatakan Bursa terus berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Menurutnya, masing-masing regulator tersebut telah menyiapkan sejumlah langkah dan kebijakan apabila terjadi penurunan yang lebih dalam lagi.
Inarno memastikan, pergerakan IHSG hingga saat ini masih cukup terkendali. Pasalnya, tren pelemahan juga dialami oleh bursa Asia dan bursa global. Bahkan, penurunan indeks domestik masih jauh lebih baik dibandingkan indeks di bursa saham negara lainnya.
"Penutupan hari ini kita masih lebih baik turun 1,5 persen. Thailand minus lebih dalam mencapai 3,5 persen," tambah Inarno.
Menurut Inarno, penyebaran virus corona telah mempengaruhi seluruh sektor industri mulai dari otomotif hingga farmasi. Sebabnya, kebanyakan negara mencari bahan baku produksi dari China.
"Jadi ini mata rantainya sangat berpengaruh pada banyak hal. Sehingga investor itu mungkin secara global menilai saat ini lebih tenang memegang uang sehingga mereka lebih banyak sell out dan pegang cash," terang Inarno.
Sementara itu, dalam perdagangan hari ini rupiah juga ditutup melemah di level 14.200 dari penutupan sebelumnya di level 14.030. Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai penyebaran virus corona yang semakin meluas memberikan dampak yang sangat besar terhadap pasar keuangan.
"Berkurangnya harapan bahwa wabah virus corona dapat tertahan di China mendorong investor kembali panik, sehingga memicu kekhawatiran bahwa dampak ekonomi dari pembatasan perjalanan, gangguan rantai pasokan, dan penurunan permintaan mungkin jauh lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya," kata Ibrahim.
Meluasnya wabah virus corona mengakibatkan goncangan ekonomi secara global. Indonesia pun turut terkena dampaknya walaupun masih relatif kecil dibandingkan negara-negara lainnya yaitu hanya 1,08 persen.
Pada hari ini, BI kembali melakukan intervensi, bukan saja di pasar DNDF tetapi di pasar spot serta intervensi melalui pembelian SBN (Surat Berharga Negara). Namun, intervensi yang cukup ketat dan ekstra waspada ini belum bisa membawa mata uang garuda kembali digdaya.