Jumat 28 Feb 2020 11:30 WIB

Pandemi Corona dan Perkiraan Resesi Global

Lembaga pemeringkat Moody's mengatakan pandemi virus corona akan memicu resesi global

Warga mengantre membeli masker di sebuah supermarket di Seoul, Korea Selatan, Jumat (28/2).
Foto: AP Photo/Lee Jin-man
Warga mengantre membeli masker di sebuah supermarket di Seoul, Korea Selatan, Jumat (28/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Harapan bahwa virus corona dapat dikendalikan di China lenyap seiring infeksi yang menyebar cepat di seluruh dunia. Kini negara-negara mulai menimbun peralatan medis dan para investor mewaspadai perkiraan resesi global.

Harga saham masih berada di pekan terburuk sejak krisis keuangan global pada 2008, saat dampak virus terhadap perjalanan internasional dan rantai pasokan memicu kekhawatiran terjadinya resesi di Amerika Serikat dan wilayah yang menggunakan mata uang Euro. Pasar saham AS jatuh ke wilayah koreksi dengan indeks acuan S&P 500 turun lebih dari 4 persen pada Kamis (27/2), memperpanjang penurunan pasar yang sekarang telah memotong lebih dari 10 persen dari puncak penutupan pada 19 Februari.

"Pasar memilih dan mengatakan mereka pikir AS sedang menuju resesi," kata Chris Rupkey, kepala ekonom di MUFG, New York.

China daratan, tempat virus itu berasal akhir tahun lalu, melaporkan 327 kasus baru pada Jumat (28/2), terendah sejak 23 Januari. Tetapi dengan infeksi baru yang dilaporkan di seluruh dunia sekarang melebihi yang ada di China, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahkan negara-negara kaya harus bersiap.

photo
Penumpang sibuk dengan ponsel masing-masing dalam sebuah perjalanan kereta di Kota Guangzhou, Provinsi Guangdong, China, Senin (10/2). Provinsi Guangdong menjadi satu dari empat provinsi lain di China yang menurunkan level darurat corona.

"Tidak ada negara yang beranggapan tidak akan mendapatkan kasus, itu akan menjadi kesalahan fatal, secara harfiah," kata Tedros, merujuk ke Italia, di mana 17 orang tewas dalam wabah terburuk di Eropa. Penghitungan Reuters menunjukkan hampir 10 negara melaporkan kasus virus pertama mereka dalam 24 jam terakhir.

Menimbun Peralatan Medis

Selain menyimpan persediaan medis, pemerintah memerintahkan sekolah tutup dan membatalkan pertemuan besar, termasuk acara olahraga. Hal itu diharapkan dapat menghentikan penyebaran penyakit mirip flu yang dikenal sebagai Covid-19.

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump sedang mempertimbangkan kewenangan khusus untuk secara cepat memperluas produksi alat pelindung AS, dua pejabat mengatakan kepada Reuters. Di Eropa, jumlah kasus yang dilaporkan Prancis berlipat dua, Jerman memperingatkan tentang epidemi yang akan datang dan Yunani, pintu gerbang bagi para pengungsi dari Timur Tengah, mengumumkan kontrol perbatasan yang lebih ketat.

"Kami memiliki krisis di depan kami. Epidemi sedang terjadi," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Jumlah orang yang dinyatakan positif menderita penyakit di Italia meningkat lebih dari 200 menjadi 650 orang. Jerman memiliki sekitar 27 kasus, Prancis sekitar 18, dan Spanyol 15 kasus.

Tedros mengatakan kepada wartawan di Jenewa bahwa Iran, Italia, dan Korea Selatan berada pada titik yang menentukan dalam upaya mereka untuk mencegah wabah yang lebih luas.

Bank investasi AS, BofA memangkas perkiraan pertumbuhan dunianya ke level terendah sejak puncak krisis keuangan. Lembaga pemeringkat Moody's mengatakan pandemi virus corona akan memicu resesi global dan AS di paruh pertama tahun ini.

photo
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berharap kucuran insentif mampu membantu sektor pariwisata yang tertekan akibat wabah virus corona secara global.

Di Indonesia, virus corona telah memberikan dampak pada perekonomian, terutama wisata. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui virus corona sudah berdampak pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Januari. Salah satu indikatornya adalah penerimaan bruto pajak di sektor transportasi dan pergudangan. Pertumbuhannya kontraksi hingga 5,6 persen dibandingkan Januari 2019 menjadi Rp 4,88 triliun. Pemerintah pun mengeluarkan sejumlah stimulus untuk mengurangi dampak negatif corona terhadap ekonomi nasional

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan pertumbuhan ekonomi 2020 akan lebih rendah, yaitu menjadi 5,0 persen-5,4 persen, dari prakiraan semula 5,1 persen-5,5 persen. Revisi prakiraan ini terutama karena pengaruh jangka pendek tertahannya prospek pemulihan ekonomi dunia pasca meluasnya Covid-19.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement