Senin 24 Feb 2020 18:40 WIB

Petani Milenial Harus Melek Teknologi

Pemanfaatan teknologi itu dalam rangka memajukan usaha di bidang pertanian.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Petani milenial di Kabupaten Cilacap mengikuti Bimtek yang digelar Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YoMa) dan Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Cilacap.
Foto: Dokumen.
Petani milenial di Kabupaten Cilacap mengikuti Bimtek yang digelar Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YoMa) dan Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Cilacap.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Para petani milenial diminta harus melek teknologi informasi (TI). Sehinga mereka dapat memanfaatkan teknologi tersebut dalam rangka menumbuhkan dan memajukan usaha di bidang pertanian, terutama dalam pemasaran hasil pertanian.

"Petani milenial harus bisa membangun jaringan dan mengetahui informasi pasar pertanian agar tidak menjadi pihak yang selalu dirugikan oleh adanya tengkulak," kata Kasi Produksi, Pengolahan dan Pemasaran Hortikultura Distan Cilacap, Jawa Tengah, Mahbub Junaedi.

Hal itu dikatakan Mahbub saat kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Petani Milenial yang digelar Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YoMa) pada 20 hingga 21 Februari 2020 di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kesugihan, Cilacap. Bimtek ini digelar bekerja sama dengan Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Cilacap.

Kegiatan Bimtek itu juga merupakan rangkaian kegiatan Keberlanjutan Penumbuhan dan Penguatan Petani Milenial di Kabupaten Cilacap. Dan juga termasuk salah satu program strategis Kementerian Pertanian (Kementan).

Peserta yang mengikuti Bimtek merupakan petani milenial yang mendapatkan materi untuk mengambangkan Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang telah dibentuk. Yakni materi terkait hama penyakit tanaman, pertanian organik, asuransi, dan pembiayaan pertanian.

Peserta sendiri berasal dari wilayah timur di Kabupaten Cilacap, diantaranya Kecamatan Maos, Kroya, Sampang, Kesugihan, Nusawungu, Binangun, Adipala, Cilacap, Kawunganten dan Jeruklegi. Sementara, pemateri merupakan petani milenial Polbangtan YoMa, fungsional dinas pertanian, praktisi pertanian organik, dan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Cilacap.

Materi terkait pertanian organik ini disampaikan oleh praktisi pertanian organik, Mauluddin. Dalam menyampaikan materi, ia menekankan tentang sistem Training of Trainer (TOT), yakni cara pembuatan Pupuk Organik Cair (POC), Zat Perangsang Tumbuh (ZPT) dan pembuatan kompos dari limbah rumah tangga atau pun dari limbah hasil pertanian.

Sementara itu, Kepala Karantina Pertanian Cilacap, Puji Hartono mengatakan, ekspor produk pertanian saat ini semakin mudah. Sebab, persyaratan untuk mengurus izin ekspor sudah dipermudah.

"Jika perorangan, Karantian Pertanian hanya mensyaratkan dokumen KTP pengeskpor. Urus persyaratan karantina, urus persyaratan kesehatan produk di negara tujuan jika ada, maka diperoleh kepastian produk dikirim dan diterima," jelas Puji.

Dosen Polbangtan Yoma, Sukadi, menjelaskan materi terkait budidaya pertanian di musim kemarau. Kepada seluruh peserta Bimtek, ia mengatakan, untuk memilih komoditas pertanian yang memiliki umur panen pendek saat musim kemarau.

Ia pun merekomendasikan berbagai komoditas holtikultura kepada petani milenial untuk dibudidayakan. Seperti tanaman sawi, kangkung darat, timun, kacang panjang, semangka dan melon yang memiliki umur panen pendek saat kemarau.

"Kebijakan Menteri Pertanian di era Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, tujuan pembangunan pertanian ada tiga yaitu menyediakan pangan untuk 267 juta jiwa penduduk Indonesia, meningkatkan kesejahteraan petani, dan meningkatkan ekspor tiga kali lipat," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement