REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengharapkan adanya relaksasi avtur. Dia mengatakan selain insentif yang yang diberikan kepada maskapai, jika dilengkapi dengan penurunan harga avtur 15 sampai 20 persen akan lebih maksimal.
“Satu dua hari ini akan rapat dengan Pak Erick (Menteri BUMN) dan Pak Arifin (Menteri ESDM) untuk rekomendasi harga avtur,” kata Budi di Gedung Kemenhub, Jumat (21/2).
Dia menilai jika harga avtur lebih kompetitif maka akan lebih baik jika maskapai dapat menurunkan harga tiket pesawat. Budi mengatakan dengan adanya penurunan harga tiket sekaligus dengan insentif akan lebih signifikan.
“Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi sudah sarankan menentukan harga (avtur) baru atau rebalancing. Kira-kira efeknya ke harga tiket (turun) 15 persen,” ujar Budi. Selain itu, Budi memastikan pemerintah juga masih membahas mengenai bentuk insentif lainnya bagi maskapai. Termasuk juga dengan potongan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB) bagi maskapai.
Sebelumnya, Bos Lion Air Group Rusdi Kirana meminta PT Pertamina (Persero) segera merealisasikan avtur satu harga. Selain soal insentif untuk maskapai yang saat ini tengah dibahas pemerintah, Rusdi menganggap persoalan avtur juga jauh lebih penting.
“Tidak hanya soal penerbangan ke Cina menjadi alasan untuk memberikan insentif. Kita harapkan kedepannya dari sisi harga minyak, jangan terlalu besar. Keuntungan Pertamina dikurangi lah,” kata Rusdi di Gedung Kementerian Perhubungan, Senin (17/2) malam.
Dia mengharapkan harga avtur di Timur bisa sama dengan Jawa. Sebab hingga saat ini, Rusdi merasa Pertamina sama sekali belum memberikan relaksasi harga avtur.“Kalau Pertamina tetap mau untung begitu besar, sudahlah kita nggak bisa apa-apa. Di Saumlaki, Melanguane, Wamena, Jayapura buatlah kayak Jawa. Ini beda, terbalik orang timur yang suruh subsidi orang Jawa,” tutur Rusdi.