Kamis 20 Feb 2020 00:08 WIB

Bank Mandiri Targetkan Kredit 10 Persen

Bank Mandiri akan menggali potensi lain untuk penyaluran kredit tahun ini.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar (tengah) bersama Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Hery Gunardi, Komisaris Bank Mandiri Ardhan, Komisaris Utama Bank Mandiri Chatib Basri, Direktur Risk Management Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin (kiri-kanan), berbincang sebelum dimulainya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan di Plaza Mandiri Jakarta, Rabu (19/2). PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 10 persen pada tahun ini.
Foto: darmawan / republika
Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar (tengah) bersama Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Hery Gunardi, Komisaris Bank Mandiri Ardhan, Komisaris Utama Bank Mandiri Chatib Basri, Direktur Risk Management Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin (kiri-kanan), berbincang sebelum dimulainya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan di Plaza Mandiri Jakarta, Rabu (19/2). PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 10 persen pada tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 10 persen pada tahun ini. Hal ini disebabkan oleh adanya perlambatan kredit pada awal tahun khususnya dampak virus corona.

Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan dampak virus Corona cukup membawa pengaruh ke industi perbankan nasional.

Baca Juga

"Pasti akan lambatlah (kredit). Tapi kami masih kaji impactnya, sektor pariwisata, airline kena. Nah bagaimana dengan portofolionya, belum lagi bahan bakunya dari China, pasti kan akan terhambat produksinya. Kalau terhambat, daya belinya seperti apa? Perusahaan ekspansi gimana. Pasti ada kajian yang tidak mudah," ujarnya usai konferensi pers di Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (19/2).

Sepanjang 2019, Bank Mandiri mampu memperbaiki kualitas kredit yang disalurkan sehingga rasio Net Perfoming Loan (NPL) gross turun 42 basis poin menjadi 2,33 persen dibandingkan Desember tahun lalu. Dampaknya, biaya CKPN pun ikut melandai sebesar minus 14,9 persen yoy menjadi Rp 12,1 triliun.

"Kalau coronanya mungkin sampai enam bulan, ya pasti NPL ada kenaikan 0,2 persen atau 0,3 persen," ucapnya.

Ke depan, pihaknya masih optimistis kinerja perseroan masih cukup positif pada tahun ini. Perseroan berupaya menggali potensi lain untuk mendongkrak kinerja.

"Kredit pasti slow tapi kita selalu berusaha gali potensi lain. Misalnya permintaan domestik, mikro, UMKM kan tetap jalan," ucapnya.

Sementara Direktur Keuangan dan Strategi Silvano Winston Rumantir menambahkan perseroan masih melakukan analisa secara internal khususnya dampak dari virus Corona. "Semua permintaan kredit akan kita proses seperti proses yang ada, jadi tetap akan sangat prudent," ucapnya.

Silvano menyebut perseroan menargetkan NPL sebesar 2,1 persen-2,3 persen pada tahun ini. Namun, dampak terhadap virus Corona masih terlalu awal terhadap NPL perseroan.

"Terlalu cepat untuk bilang ya. Tapi karena ada PSAK 71, CKPN kita kasi range antara 22 sampai 25. Kalau memang perlu penambahan pencadangan sebagai antisipasi corona, ya kita sudah factor in dalam range itu," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement