Rabu 19 Feb 2020 19:27 WIB

Komisi VI DPR RI Soroti Praktik Predatory Pricing

Sebenarnya harga jual semen dalam negeri paling murah dibanding negara tetangga.

Rep: Ali Mansur/ Red: Hiru Muhammad
Truk pengangkut semen melintas di kawasan Pabrik Semen Gresik, Tuban, Jawa Timur, Kamis (2/8).
Foto: Antara/Moch Asim
Truk pengangkut semen melintas di kawasan Pabrik Semen Gresik, Tuban, Jawa Timur, Kamis (2/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri semen dalam negeri masih terus mengalami kapasitas yang berlebih sejak 2016 lalu. Hal itu terjadi akibat munculnya pabirk semen baru, adanya impor semen  yang dijual lebih murah di pasaran. Komdisi ini akan menambah jumlah peredaran semen di Indonesia, sedangkan pasarnya tidak berkembang pesat.  

Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Amin Ak mengatakan produksi semen yang dihasilkan PT Semen Indonesia saat ini kurang lebih 120 juta ton setahun dan hanya terserap pasar 70 juta ton. Sehingga masih terjadi kelebihan supply sebesar 50 juta ton. "Tidak terserapnya produksi semen tersebut disebabkan masuknya semen impor dari Cina dan munculnya pabrik-pabrik semen baru milik swasta," keluh Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam siaran pers, Rabu (19/2).

Sebetulnya, harga jual semen Indonesia di dalam negeri paling murah dibanding dengan harga semen di negeri tetangga bahkan di Cina. Harga Semen Indonesia berkisar 58 USD/ton sedangkan Cina menjual semen dalam negeri mereka 98 USD/ton. Namun semen dari Cina yang masuk ke Indonesia dijual dengan harga yang jauh lebih murah dibanding harga produk BUMN Semen. 

"Hal itu terjadi karena adanya predatory pricing yang sudah cukup lama menjadi perhatian banyak pihak. Pemerintah harus menunjukkan keberpihakan kepada BUMN Semen dengan jalan merevisi Permendag No 07 tahun 2018 tentang Ketentuan Impor Semen Clinker dan Semen," tegas Amin

Komisi VI DPR RI juga meminta Pemerintah untuk melakukan moratorium pendirian pabrik semen baru. Disisi lain Komisi DPR RI juga meminta BUMN semen untuk terus meningkatkan efisiensi agar tetap bisa menjadi market leader di tingkat regional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement