Senin 17 Feb 2020 08:50 WIB

Industri Elektronik Khawatir Corona Pengaruhi Stok Komponen

Wabah Corona dikhawatirkan bisa mengganggu pasokan komponen impor dari China

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Pengunjung toko elektronik sedang memperhatikan pendingin ruangan. Wabah Corona dikhawatirkan bisa mengganggu pasokan komponen impor dari China. Ilustrasi.
Foto: Republika/Darmawan
Pengunjung toko elektronik sedang memperhatikan pendingin ruangan. Wabah Corona dikhawatirkan bisa mengganggu pasokan komponen impor dari China. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BELITUNG - Industri elektronik mulai khawatir pada dampak virus Corona yang berkepanjangan. Kekhawatiran yang muncul adalah wabah Corona dapat mengganggu pasokan komponen yang masih diimpor dari China.

"Selama ini ada komponen yang hanya diimpor dari China," kata Asisten GM PT Sharp Electronics Indonesia (SEID) Agus Soewadji di sela gathering dengan media di Kepulauan Bangka Belitung, Ahad (17/2).

Baca Juga

Ia mencontohkan ada komponen panel LED yang masih diimpor dari China. Demikian pula dengan motor untuk lemari es. Akan tetapi komponen impor tersebut tidak diproduksi di Provinsi Hubei, China yang menjadi pusat wabah virus Corona.

"Memang produksinya bukan di Hubei, tapi provinsi lain di China. Namun karena kini pengiriman apapun dari China diawasi ketat, maka kapal dari China tidak mudah bersandar di pelabuhan karena harus melalui pemeriksaan (bebas Corona)," kata Agus.

Akibatnya, masa bongkar muat komponen industri elektronik menjadi lebih lama dan tidak sesuai jadwal produksi. "Ada komponen yang akhirnya kami impor dengan menggunakan kargo pesawat terbang. Memang lebih mahal," katanya.

Akan tetapi pilihan itu terpaksa diambil daripada mengganggu produksi dan pasokan produk elektronik ke pasar. Karena itulah, pihaknya berharap wabah virus Corona bisa segera diatasi. "Kalau wabah itu lama, bisa mengganggu pula pertumbuhan ekonomi dan pasar elektronik turun," ujar Agus.

Dengan adanya wabah virus Corona pada triwulan I ini, ia memperkirakan permintaan elektronik di Indonesia cenderung tanpa pertumbuhan. Namun Sharp Indonesia yang telah memiliki basis produksi untuk lemari es, mesin cuci, dan televisi, masih menargetkan pertumbuhan penjualan.

"Kami targetkan penjualan Sharp Indonesia bisa tumbuh 10-15 persen tahun ini dengan mengambil kue kompetitor," kata Agus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement