REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Budi Gunadi Sadikin mengharapkan BUMN memiliki rencana bisnis jangka panjang yang selaras dengan pemerintah.
"Saya memegang BUMN yang bergerak di bidang industri. Saya minta kepada mereka di akhir Maret menyampaikan rencana jangka panjang dalam lima tahun, saya harapkan selaras dengan rencana jangka panjang Presiden dan selaras dengan rencana jangka Menteri BUMN," ujar Budi Gunadi Sadikin dalam sambutannya saat acara rebranding Semen Indonesia Group (SIG) di Jakarta, Selasa (11/2).
Selain itu, lanjut dia, BUMN juga diharapkan mengantisipasi perubahan zaman agar kegiatan bisnis dapat berjalan secara berkelanjutan."Rencana ke depan seperti apa? Di dalam kehidupan, akan terjadi suatu titik infleksi, di mana akan terjadi perubahan yang signifikan dari suatu peradaban. Sebagai suatu entitas bisnis kita harus selalu antisipasi karena pada saat di titik infleksi itu akan ada bisnis yang hilang tapi juga ada bisnis yang menggeliat dan tumbuh dengan pesat. Infleksi peradaban mungkin mengubah industri mereka," paparnya.
Dalam kesempatan itu, ia memberikan catatan kepada PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) TBK dan PT Pertamina (Persero) untuk mengantisipasi perubahan zaman. Telkom Indonesia, Budi Gunadi Sadikin mengemukakan, perusahaan itu memiliki profit di atas Rp 20 triliun.
Namun, pendapatannya mendatar dan belanja modal meningkat.
Ia mempertanyakan rencana bisnis ke depan BUMN telekomunikasi itu mengingat saat ini dirinya cenderung menghabiskan dananya lebih besar ke infrastruktur yang dibangun oleh PT Telkom.
"Saya punya handphone, setiap bulan saya bayar ke mereka (Telkom) Rp1 juta hingga Rp 1,5 juta. Tapi saya bayar per bulan ke perusahaan-perusahaan yang berdiri di atas infrastruktur mereka (Telkom) bisa sampai Rp2 juta hingga Rp3 juta per bulan, saya pelanggan Spotify, Google Drive, iCloud. Saya menghabiskan banyak uang dibandingkan saya bayar ke sana," paparnya.
Sementara Pertamina, Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, saat ini perseroan sedang membangun kilang minyak senilai 58 miliar dolar AS atau sekitar Rp 700 triliun hingga Rp 800 triliun demi mengurangi impor BBM. Saat ini, Indonesia masih impor BBM sekitar 16,7 juta KL per tahun.
"Energi itu juga mengalami infleksi (perubahan peradaban zaman). Sistem energi dunia awalnya untuk makan, dan terus berubah seiring dengan penemuan motor bakar, yakni merubah energi menjadi gerak.
Mengubah secara masif industri transportasi di dunia, tadinya naik kuda menjadi naik mobil, berjalan naik pesawat," paparnya. Saat ini, lanjut dia, peradaban anak muda di dunia mulai berubah. Hal yang menjadi salah satu perhatian adalah isu lingkungan.
"Tadinya, senang pakai mobil dengan kapasitas CC tinggi dan boros, lalu berubah menjadi mobil kecil, atau listrik karena ramah lingkungan. Kalau itu terjadi sebelum 30 tahun, akibatnya adalah investasi Rp 800 triliun akan menghasilkan produk yang tidak akan dipakai," ucapnya.
Ia berpesan sebagai BUMN dapat terus mengamati setiap perubahan peradaban zaman."Sebagai pengusaha kita harus bisa mengantisipasi, karena pada saat itulah banyak bisnis-bisnis yang mati dan pada saat itu juga ditemukan banyak kesempatan pada bisnis bisnis baru," kata Budi Gunadi Sadikin.