Selasa 11 Feb 2020 20:05 WIB

Potensi Industri Properti di Koridor Timur Jakarta

Volume ekspor dari kawasan Cikarang dan sekitarnya mencapai 45 persen

Salah satu maket LRT City Jaticempaka
Foto: Republika
Salah satu maket LRT City Jaticempaka

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fundamental ekonomi di Indonesia diyakini cukup kuat untuk sektor properti sehingga bisa kembali bangkit. Apalagi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5 persen yang seharusnya dapat membuat sektor properti segera bangkit. 

Hal itu disampaikan Anton Sitorus, Head of Research and Consultancy Savills Indonesia, menanggapi pandangan berbagai ahli dibidang properti telah melakukan analisa terkait pelemahan industri properti sejak tahun 2014 lalu.

Hanya saja berbagai data maupun indikator perekonomian yang baik tidak dijadikan dasar bagi pelaku pasar untuk membuat analisis saat meluncurkan produk. “Jadi melemahnya sektor properti sejak tahun 2014 itu lebih karena opini yang berkembang dan bukan faktor teknis," katanya. 

Menurutnya, dalam mengkalkulasi harus kembali berpatok pada angka, data-data, maupun kalkulasi perhitungan bisnis. Akhir tahun 2019 lalu sudah terlihat ada kenaikan dari sisi penyerapan unit apartemen, perkantoran, maupun harga sewa ruang komersial. "Jadi hal tersebut yang digunakan, bukan opini yang sifatnya justru melemahkan pasar dan sayangnya itu sangat berpengaruh di sini,” ujarnya.

Area yang memiliki potensi tersebut terdapat di wilayah koridor timur dari ibukota Jakarta yang mencakup Bekasi, Cikarang, Karawang, Purwakarta, dan sekitarnya. Setidaknya terdapat 10 proyek infrastruktur di koridor timur yang sudah berjalan yakni, double-double track kereta Manggarai-Cikarang, proyek kereta ringan atau light rail transit (LRT), jalan tol Jakarta-Cikampek II Selatan, JORR 2 Cimanggis-Cibitung, kereta cepat Jakarta-Bandung, hingga jalan tol layang (elevated) Jakarta-Cikampek yang sudah mulai beroperasi sejak Desember 2019 lalu.

Menurut Pengamat Properti dan CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda, perkembangan wilayah koridor timur berhasil menarik perhatian. Situasi ini akibat pengembangan proyek infrastruktur yang didukung dengan basis ekonomi yang kuat karena wilayahnya beroperasi aktif sebagai kawasan industri.

Sebagai contoh yakni berbagai industri besar seperti MM 2100, Jababeka, Delta Silicon, dan Delta Mas. Hal ini diperkuat dengan data Badan Pusat Statistik bahwa area Cikarang menyumbang 34,45 persen penanaman modal asing secara nasional dengan volume ekspor dari kawasan tersebut mencapai 45 persen.

Salah satu proyek pengembangan kawasan yang merespon situasi tersebut adalah LRT Bekasi Green Avenue yang berlokasi di Jalan HM Joyomartono, Exit Tol Bekasi Timur. Proyek ini merupakan hasil pengembangan PT Adhi Commuter Properti, anak usaha BUMN PT Adhi Karya (Persero) Tbk.

Dengan mengangkat brand LRT City, Green Avenue sebagai salah satu proyek yang dikembangkan turut mengusung konsep hunian berbasis transportasi masal atau menereapkan pendekatan transit oriented development (TOD) seperti di kota-kota besar lainnya yakni Singapura dan Jepang.

Menurut Indra Riyanto, Project Director LRT City Bekasi  Green Avenue dalam keterangan tertulisnya, Selasa (11/2) menyatakan dengan pengembangan proyek infrastruktur yang masif dan konsep hunian TOD, LRT City hadir untuk memberikan kenyamanan hunian dan kepastian waktu tempuh. Sarana transportasi masal LRT yang saat ini pembangunannya sedang berlangsung dan diperkirakan beroperasi pada tahun 2021.

Dibangun di atas lahan seluas 1,9 Ha, LRT City Bekasi  Green Avenue terdiri dari 3 tower apartemen. Memiliki Keunggulan berlokasi strategis yang hanya berjarak 30 meter dari transportasi LRT, Green Avenue juga berdiri tepat di seberang Exit Tol Bekasi Timur, dan disediakan titik pool Bus Transjakarta untuk menunjang konsep TOD. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement