Selasa 11 Feb 2020 13:45 WIB

Wabah Corona:Singapura Terancam Resesi, Bagaimana Indonesia?

Perlambatan ekonomi China berkontribusi terhadap perlambatan ekonomi Indonesia

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Wabah virus corona berdampak pada perekonomian Indonesia.
Foto: Tim Infografis Republika.co.id
Wabah virus corona berdampak pada perekonomian Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan tembus 5 persen pada kuartal I 2020. Kondisi ini dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi China akibat penyebaran virus korona (2019-nCoV).

Epidemi virus korona memang memukul perekonomian China lantaran banyak negara memutus jalur transportasi dari dan menuju negara tersebut.

Baca Juga

Direktur Pelaksana Bank Dunia Bidang Pengembangan Kebijakan dan Kemitraan, Mari Pangestu, menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi China berpotensi melambat sebesar 1-2 persen. Setiap perlambatan sebesar 1 persen di China, ujar Mari, berkontribusi terhadap perlambatan ekonomi Indonesia hingga 0,3 persen.

"Susah diprediksi ya, mungkin bisa saja sedikit di bawah 5 (persen). Saya rasa kita di bawah atau di atas 5 (persen) buat saya bedanya tidak besar yang penting kita harus merasa beruntung kita bisa mempertahankan stabil di 5 (persen) sudah sangat baik dalam keadaan dunia seperti ini," jelas Mari usai bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Bogor, Selasa (11/2).

Indonesia, ujar Mari, masih lebih beruntung ketimbang negara-negara lain. Mantan Menteri Perdagangan di era Presiden SBY ini mengambil contoh Singapura, negara tetangga dengan kasus positif virus korona yang cukup banyak.

Mari menyebut bahwa pariwisata Singapura saat ini cukup terpukul dan mengancam ekonomi negara tersebut ke arah resesi.

Berbeda dengan Singapura, Indonesia memiliki pasar domestik yang cukup besar. Mari melihat, yang harus dilakukan pemerintah saat ini adalah menjaga daya beli masyarakat agar konsumsi terus stabil. Hal ini pernah dilakukan Indonesia saat menghadapi krisis tahun 2008 lalu, saat kinerja ekspor ikut terpukul.

"Daya beli harus dijaga dan konsumsi di dalam negeri itu terus tumbuh dalam keadaan ekspor akan melemah investasi akan melemah," jelas Mari.

Sebelumnya, Presiden Jokowi tak menampik merebaknya wabah virus korona di China dan negara-negara lain dunia akan berdampak pada perlambatan ekonomi dunia. Kondisi global ini pun diproyeksi akan merembet ke Indonesia dan berdampak pada petumbuhan produk domestik bruto (PDB) nasional.

"Perlambatan pertumbuhan global pasti. Itu semua menyampaikan yang sama. Negara-negara yang terkena imbas itu juga pasti kena. Kita ngomong apa adanya termasuk negara kita Indonesia. Tapi berapa persen nanti ada imbas ke pertumbuhan kita, itu yang belum bisa dikalkulasi," jelas Presiden Jokowi.

Awal Januari 2020 lalu, pemerintah merilis asumsi dasar makro perekonomian nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Dalam RPJMN yang akan dilegalkan melalui Perpres ini, pemerintah mematok angka pertumbuhan ekonomi (rata-rata) hingga 2024 mendatang berada di rentang 5,6-6,2 persen per tahun. Khusus tahun 2020, pemerintah mematok target pertumbuhan di angka 5,3 persen.

Sedangkan sepanjang 2019 lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,02 persen. Angka ini mengalami perlambatan dibanding pertumbuhan ekonomi pada 2018 yang menyentuh 5,17 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement