Selasa 11 Feb 2020 04:28 WIB

Ekonom: Kerja Sama IA-CEPA Rugikan Indonesia

Perjanjian kerja sama IA-CEPA sudah diratifikasi oleh DPR RI.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Joko Widodo (kiri) berjabat tangan dengan pengusaha saat menghadiri Indonesia-Australia Business Roundtable di Canberra, Australia, Senin (10/2/2020).
Foto: Antara/Desca Lidya Natalia
Presiden Joko Widodo (kiri) berjabat tangan dengan pengusaha saat menghadiri Indonesia-Australia Business Roundtable di Canberra, Australia, Senin (10/2/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dan Australia menjalin Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia atau Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). Perjanjian tersebut pun telah diratifikasi oleh Dewan perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pada 6 Februari lalu.

Ekonom Institute for Development on Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai, perjanjian tersebut lebih banyak mendatangkan kerugian buat Indonesia. Dirinya khawatir, setelah IA-CEPA berjalan, produk ternak asal Australia akan membanjiri pasar Indonesia.

Baca Juga

"Ini konsekuensi logisnya, sementara dengan pendapatan per kapita Australia yang lebih tinggi. Jadi sulit bagi produk indonesia untk bersaing," ujar Bhima kepada Republika, Senin, (10/2).

Dirinya menambahkan, konsumen Australia mencari produk berkualitas tinggi atau high end product. Sedangkan ekspor Indonesia hanya dominan produk komoditas.

Maka supaya produk Indonesia bisa bersaing dengan produk Australia, pelaku industri harus naik kelas. "Maka (harus) berani bersaing pula tidak hanya dengan manufaktur China tapi Vietnam, misalnya soal ekspor pakaian jadi," jelas Bhima.

Kemudian, lanjutnya, porsi produk hi-tech yang di bawah 10 persen dari total manufaktur, harus didorong. "Perlu Intelijen pasar untuk bisa memetakan tren konsumen Australia juga urgent, ini kuncinya di duta besar atau atase dagang di Australia yang kerja ekstra," tuturnya.

Sebelumnya, pemerintah Indonesia menyatakan Indonesia mendorong agar program 100 hari implementasi IA-CEPA dapat dilakukan. Di antaranya dengan pelaksanaan 'Australia Business Week' yang dipimpin oleh Menteri Perdagangan Australia ke indonesia, juga dengan kunjungan major private investor Australia ke Indonesia.

Pernyataan pers bersama itu dilakukan Presiden Joko Widodo dan PM Scott Morrison setelah pertemuan Indonesia-Australia Annual Leader's Meeting (ALM). Selepas pertemuan bilateral itu, keduanya pun menyaksikan penandatanganan dua nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) yaitu Plan of Action of Indonesia-Australia Comprehensive Strategic Partnership oleh Menlu RI dan Menlu Australia dan MoU concerning Transportation Security Cooperation yang ditandatangani oleh Menteri Perhubungan Indonesi dan Menteri Perhubungan Australia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement