Kamis 30 Jan 2020 16:04 WIB

Kementan Cari Cara Wujudkan Swasembada Sapi

Kebutuhan daging sapi tahun ini diperkirakan 717 ribu ton atau setara 4,02 juta ekor

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Salah satu peternakan sapi potong di Kediri, Jawa Timur.
Foto: Antara
Salah satu peternakan sapi potong di Kediri, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan tengah mencari terobosan baru untuk mencapai swasembada daging sapi. Pasalnya, kekurangan pasokan daging sapi di Indonesia cukup besar dan memicu besarnya volume impor ternak dari berbagai negara.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan, Presiden Joko Widodo telah menginstrusikan kepada Kementerian Pertanian untuk mendata ulang neraca daging sapi di dalam negeri. Kekurangan yang didapat, harus segera diintervensi Kementan agar dapat menekan angka impor daging sapi yang terus meningkat.

Baca Juga

"Kita harus segera intervensi ini. Presiden sudah perintahkan makanya sedang kita persiapkan. Ini serius karena Presiden minta dicarikan jalan keluar," kata Syahrul saat ditemui di Jakarta, Kamis (30/1).

Mengutip data prognosis Kementan, kebutuhan daging sapi tahun ini diperkirakan sebanyak 717 ribu ton atau setara 4,02 juta ekor. Namun, produksi dalam negeri diproyeksikan baru bisa mencapai 422 ribu ton setara 2,32 juta ekor. Dengan kata lain, terdapat defisit 294 ribu ton atau setara dengan 1,65 juta ekor.

Dari hasil keputusan Rapat Koordinasi Terbatas akhir tahun lalu, kekurangan daging sapi tahun ini bakal dipenuhi dengan kebijakan importasi. Syahrul mengatakan, perlu ada loncatan produksi dalam negeri karena jumlah penduduk dan konsumsi daging sapi setiap tahunnya akan terus meningkat.

Hal itu juga terkonfirmasi dari defisit daging sapi tahun ini yang tercatat bakal melebar dibanding tahun lalu sebesar 281 ribu ton. "Ini tidak boleh kita biarkan terus, sudah 10 tahun lebih ini kita alami. Kalau produksi cuma bertambah 10 ribu ton, 100 ribu ton, ya tidak akan terkejar. Jumlah penduduk makin besar," kata Syahrul.

Syahrul mengakui, memacu produksi sapi dalam negeri menjadi pekerjaan yang cukup berat karena permasalahan di dalam negeri yang cukup kompleks. Meski diakui sulit, pemerintah belum memiliki opsi untuk melakukan substitui protein hewani dari sapi ke ternak lain.

"Sapi butuh proses. Satu ekor ternak butuh lahan dua hektare. Makanya lahan juga harus kita siapkan," katanya.

Diketahui, pada tahun ini pemerintah juga berencana membuka keran impor sapi indukan sebanyak 15 ribu ekor untuk tahun 2020. Impor sapi indukan ditujukan untuk membantu pengembangbiakan di dalam negeri. Teknis importasi itu, menurut Kementan akan dilaksanakan melalui prosedur lelang.

Syahrul mengatakan, ternak sapi yang masuk akan dipasangi mikrocip agar bisa diawasi oleh petugas lapangan. Hal itu demi menghindari peternak menjadikan hewan ternaknya sebagai hewan kurban dan membuat potensi produksi terputus.

"Datangkan sapi ini tidak mudah dan kita harus kasih cip. Harus jelas, siapa yang terima, di mana lokasinya, dan dia tidak boleh tiba-tiba dikurbankan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement