REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak bervariasi pada akhir perdagangan Rabu (29/1) karena kekhawatiran tentang wabah virus corona. Selain itu, harga minyak juga didorong pembengkakan persediaan minyak mentah AS yang membebani harga.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Maret bertambah 0,30 dolar AS atau 0,5 persen menjadi ditutup pada 59,81 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret turun 0,15 dolar AS atau 0,3 persen menjadi menetap di 53,33 dolar AS per barel.
Pasar-pasar keuangan mencoba untuk menilai kejatuhan ekonomi ketika virus menyebar keluar China. Jumlah kematian terus meningkat, sementara maskapai penerbangan mengurangi penerbangan ke China.
"Menyusul merebaknya virus corona, pasar komoditas menderita dari aksi jual teknis," kata Michel Salden, manajer portofolio senior Vontobel Asset Management.
Tetapi harga minyak kemungkinan segera rebound setelah penurunan 14 persen sejauh ini, jauh lebih banyak daripada jatuhnya pasar saham.
Maskapai-maskapai utama, termasuk American Airlines, British Airways dan Lufthansa, telah menangguhkan penerbangan langsung ke dan dari China daratan karena wabah tersebut. Permintaan bahan bakar Jet telah merosot di Asia karena maskapai penerbangan telah membatalkan penerbangan mereka.
Persediaan minyak mentah AS tumbuh lebih dari yang diperkirakan minggu lalu. Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan dalam laporan mingguannya mengatakan stok bensin mencapai rekor tertinggi untuk minggu kedua berturut-turut.
Persediaan minyak mentah naik 3,5 juta barel dalam sepekan hingga 24 Januari karena pabrik penyulingan mengurangi operasi dan permintaan untuk bensin serta diesel menurun. Stok bensin naik selama 12 minggu berturut-turut ke level tertinggi sepanjang masa di 261,2 juta barel, kata EIA.
"Kami telah melihat sejumlah pengumuman pemeliharaan kilang baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan selama satu atau dua minggu terakhir, dan itu tercermin dalam kemunduran operasi kilang," kata Anthony Headrick, analis pasar energi pada CHS Hedging LLC di Inver Grove Heights, Minnesota.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) ingin memperpanjang pengurangan produksi, yang saat ini direncanakan hingga akhir Maret, hingga setidaknya Juni. Mereka dapat memperdalam pengurangan jika permintaan minyak di China turun secara signifikan akibat virus corona, kata sumber OPEC.