Selasa 28 Jan 2020 11:19 WIB

BPS: Perubahan Pola Konsumsi Dorong 98 Komoditas Baru

Komoditas baru yang terpilih antara lain lampu led, jasa penitipan anak, power bank.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
Pengunjung berada di sebuah pusat berbelanjaan yang dihiasi lampion di Kota Madiun, Jawa Timur, Kamis (16/1). BPS mencatat perubahan pola konsumsi mendorong 98 komoditas baru terpilih.
Foto: SISWOWIDODO/ANTARA FOTO
Pengunjung berada di sebuah pusat berbelanjaan yang dihiasi lampion di Kota Madiun, Jawa Timur, Kamis (16/1). BPS mencatat perubahan pola konsumsi mendorong 98 komoditas baru terpilih.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat paket komoditas nasional berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) 2018 terdapat 835 jumlah komoditas terpilih. Adapun jumlah tersebut mencakup 98 jumlah komoditas baru yang terpilih dan 101 jumlah komoditas yang hilang.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan pihaknya harus memasukan beberapa komoditas baru yang sejalan dengan perkembangan teknologi. "Perkembangan intenet mengubah gaya hidup pengeluaran, sehingga ada komoditas baru yang dimasukkan dan komoditas lama dibuang karena tidak lagi dibutuhkan," ujarnya saat acara Sosialisasi Permutakhiran Diagram Timbang Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Nilai Tukar Petani (NTP) di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (28/1).

Baca Juga

Dia merinci beberapa komoditas baru yang terpilih antara lain lampu led atau hemat energi, jasa penitipan anak, tas travel, kereta bayi, sewa tempat karaoke, obat-obatan herbal, charge, power bank, aksesoris hp dan jasa foto studio. Sedangkan beberapa komoditas yang hilang antara lain rantang, tarif puskemas, kalkuator, CD (Tape, Rec dan radio), handy cam, VCD atau DVD, majalah remaja, tarif sewa motor, biaya kirim surat dan kapur cat tembok.

Menurut dia adanya berbagai perubahan yang terjadi pada masyarakat seperti perkembangan teknologi informasi, perubahan pendapatan masyarakat, perubahan pola penawaran dan permintaan barang/jasa, perubahan kualitas dan kuantitas barang/jasa, serta perubahan sikap dan perilaku masyarakat dapat mengubah pola konsumsi. 

"Perubahan tersebut mengakibatkan paket komoditas (fixed basket) dan diagram timbang hasil SBH 2012 yang sebelumnya digunakan sebagai tahun dasar sudah tidak sesuai lagi untuk menggambarkan keadaan sekarang secara tepat," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement