REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Bank BJB Syariah (BJBS) menargetkan lima ribu jamaah haji memanfaatkan produk Tabungan Haji iB Maslahah. Target korporasi itu digulirkan seiring dengan ditunjuknya kembali BJBS menjadi Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS-BPIH) oleh Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH).
Selain memfasilitasi pembiayaan haji, tahun ini BJBS juga akan menggenjot program tabungan umrah. Mengingat, BJBS telah ditunjuk sebagai Bank Penerima Setoran Biaya Perjalanan Ibadah Umrah (BPS-BPIU) oleh Kementerian Agama.
Direktur Utama BJBS Indra Falatehan menyebutkan, dalam memuluskan program itu, BJBS telah menjalin kerja sama dengan perusahaan travel haji dan umrah. Saat ini, pihaknya sudah menjalin kerja sama dengan 18 perusahaan travel haji dan umrah terpercaya. Bahkan, ungkap Indra, jika dibutuhkan akan menambah kemitraan dengan perusahaan travel haji dan umrah lainnya.
‘’Jika mengacu tahun 2019, program ini sukses melampaui target. Tahun 2019, kami berhasil memfasilitasi pembayaran biaya haji sekitar 2.300 jamaah,’’ ujar Indra dalam jumpa pers di Harris Hotel and Conventions, Kota Bandung, Kamis (23/1). Pihaknya optimistis, tahun ini target program tabungan haji dan umrah akan tercapai.
Dalam memudahkan calon jamaah, pihaknya menyediakan aplikasi Siskopatuh (sistem komputerisasi pengelolaan terpadu umrah dan haji) yang berperan sebagai media pembayaran biaya perjalanan dan asuransi. Siskopatuh adalah aplikasi milik Kementerian Agama yang berperan dalam mengawasi dan meningkatkan layanan umrah.
Indra mengatakan, BJBS memiliki produk Tabungan Haji iB Maslahah. Produk ini, papar dia, merupakan produk khusus untuk persiapan biaya ibadah haji. Indra memastikan, Tabungan Haji iB Maslahah dikelola secara profesional dan aman sesuai prinsip syariah.
Ekspansi bisnis tersebut, sambung Indra, dipastikan akan semakin mendongkrak jumlah nasabah baru dan dana pihak ketiga (DPK) BJBS tahun 2020. Tahun lalu saja (2019), BJBS berhasil mencatatkan pertumbuhan positif.
Tahun lalu, pihaknya berhasil membukukan laba bruto sebesar Rp 42,4 miliar dan peningkatan aset menjadi Rp 7,7 triliun. Peningkatan aset itu, lanjut dia, didorong pertumbuhan DPK yang terealisasi sebesar Rp 5,7 triliun.
Menurut Indra, pertumbuhan kinerja korporasi itu didukung juga dari sektor pembiayaan yang mampu tersalurkan hingga Rp 5,4 triliun di sepanjang tahun 2019. Komposisi pembiayaan itu, menurut dia, berasal dari segmen produktif sebesar 32 persen dan konsumtif 68 persen.