REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) optimis program Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks) bisa tercapai. Pasalnya potensi sektor produk pertanian termasuk hortikultura sangat besar, baik dari sisi produksi maupun peluang pasar ekspor.
Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks) yang menjadi program utama Menteri Pertanian telah dirumuskan melalui langkah strategis secara holistik dari hulu sampai hilir dalam pembangunan sektor pertanian. Hal tersebut diungkapkan Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto saat Rapat Koordinasi Gratiek di Aula Direktorat Jenderal Hortikultura, Rabu (14/1).
Pada sisi on farm (hulu), telah dan sedang dikembangkan kawasan-kawasan sentra produksi di beberapa wilayah di Indonesia untuk beberapa produk hortikultura unggulan dengan varietas yang seragam.
Dalam mendorong pengembangan kawasan ini , Kementan bersinergi dengan pelaku usaha hortikultura yang didukung anggaran pemerintah. "Misalnya masalah serta kendala yang dihadapi oleh eksportir," ujar dia.
Anton memaparkan secara garis besar, prioritas yang akan dikerjakan adalah membantu pelaku usaha mengatasi kendala yang dihadapi eksportir. Kendala tersebut berada pada tingkat hulu, tengah, hilir. Pada tingkat hulu, kontinuitas ketersediaan produk hortikultura dari petani menjadi kendala ekpsortir untuk memenuhi permintaan.
"Kemudian, keberadaan packing house di setiap kawasan sentra masih dirasa kurang. Oleh karena itu, dibutuhkan program dari hulu ke hilir yang terintergrasi," jelas dia.
Anton menambahkan kendala pengiriman produk melalui kargo pesawat juga menjadi masalah utama yang banyak dirasakan eksportir.
"Masalah kargo pesawat akan ditindak lanjuti bersama dengan pemerintah untuk dapat disediakan pesawat kargo khusus untuk tujuan ekspo," ungkap Anton.
Selain itu, Kementerian Pertanian akan menfasilitasi pertemuan antara eksportir dengan PT Garuda Indonesia mengenai kapasitas kargo hortikultura.
"Kami harap rapat koordinasi ini menjadi awalan untuk kesuksesan Gratieks hortikultur," pungkasnya.
Pada kesempatan tersebut, Staf Ahli Menteri bidang Investasi, Sumardjo Gatot Irianto, menyampaikan bahwa perlu rencana operasional yang konkrit agar gratieks dapat tercapai dan petani dapat merasakan dampaknya. Hal tersebut ditanggapi secara positif oleh para eksportir yang hadir. Mereka berharap kedepannya ada kawasan buah dan sayur terpadu yg didukung oleh fasilitas logistik yang baik.
Para eksportir pun turut memberikan saran untuk kelancaran Gratieks. Erna, salah satu eksportir florikultura, menyarankan agar dilakukan kegiatan pelatihan pascapanen hortikultura yang spesifik negara tujuan. Sehingga eksportir dapat mengetahui secara jelas syarat dan ketentuan yang berlaku.
"Perlu disediakan data mengenai daerah sentra produk hortikultura untuk menjaga kontinuitas produk. Mengenai penanganan pascapanen, selain packing house, kami menyarankan adanya cool storage di setiap sentra," beber dia.
Kendala-kendala yang disampaikan oleh eksportir langsung ditanggapi oleh perwakilan dari Kementerian Pertanian. Kendala dimaksud seperti pengeluaran surat ijin ekspor salak dari Yogyakarta yang terhambat langsung dapat diselesaikan di tempat oleh Badan Karantina Pertanian.