REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS) dan Cina yang sudah lama ditunggu-tunggu akhirnya ditanda tangani. Hal ini menjadi kemenangan bagi perusahaan-perusahaan AS yang ingin mendapatkan akses ke sektor keuangan Cina senilai 40 triliun dolar AS.
Namun banyak perubahan yang saat ini sudah dalam tahap pengerjaan. Beijing mulai mempercepat liberalisasi sejak tahun lalu.
Dalam kesepakatan ini Cina setuju untuk mempercepat sembilan bulan tenggat waktu penghapusan batasan perusahaan keuangan asing. Maka akan ada mulai Desember 2020 lebih banyak perusahaan investasi, perantara dan pejaminan milik asing yang beroperasi di Cina.
Kesepakatan Tahap 1 yang ditanda tangani Presiden AS Donald Trump ini menjanjikan akses terhadap pasar Cina. Terutama di bidang perbankan, manajemen aset, pembayaran dan fund management.
Kesepakatan ini jelas untuk mengatasi keluhan dari AS tentang batasan untuk masuk ke pasar finansial Cina. AS mengeluhkan batasan kepemilikan ekuitas, persyaratan yang diskriminatif dan proses perizinan yang tidak jelas.
"Bersama-sama, kami memperbaiki kesalahan masa lalu dan menjalankan keadilan dan keamanan ekonomi masa depan untuk pekerja, petani dan keluarga Amerika," kata Trump, Kamis (16/1).
Wakil Perdana Menteri Cina Liu He membacakan surat dari Presiden Xi Jinping. Dalam suratnya pemimpin Cina itu memuji kesepakatan tersebut. Ia mengatakan kesepakatan ini menandakan kedua negara dapat menyelesaikan perbedaan mereka melalui dialog.
AS menarik kenaikan tarif barang-barang Cina yang mereka terapkan sejak tahun lalu. Sebagai gantinya Cina membeli barang-barang dan jasa AS senilai 200 miliar dolar AS selama dua tahun ke depan.