Kamis 02 Jan 2020 14:13 WIB

BPS Sebut Banjir Jabodetabek Bisa Picu Inflasi Januari 2020

Pada Desember 2019, BPS mencatat laju inflasi mencapai 0,34 persen

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Kepala BPS, Suhariyanto
Foto: Republika TV/Surya Dinata
Kepala BPS, Suhariyanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut bahwa bencana banjir yang melanda kawasan Jabodetabek sejak Rabu (1/1) kemarin bisa memicu inflasi pada bulan Januari 2020 ini. Sebab, banjir yang meluas secara langsung akan menganggi proses distribusi barang dari berbagai daerah.

Meski demikian, Kepala BPS, Suhariyanto menilai pengaruh banjir terhadap inflasi diperkirakan tidak akan besar. Jika banjir yang masih menggenang sejumlah jalan dan permukiman segera usai dalam waktu dekat.

Baca Juga

"Selama tidak terlalu berpengaruh terhadap distribusi pasti dampaknya juga tidak akan besar. Kita berharap banjir segera selesai," kata Suhariyanto dalam Konferensi Pers di Jakarta, Kamis (2/1).

Pada Desember 2019, BPS mencatat laju inflasi mencapai 0,34 persen naik dari posisi November 2019 sebesar 0,14 persen. Adapun laju inflasi sepanjang 2019 mencapai 2,72 persen.

Khusus untuk bahan makanan pada bulan Desember lalu mengalami inflasi hingga 0,78 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 0,16 persen. Suhariyanto menuturkan, komoditas yang memberikan andil inflasi yakni telur ayam ras sebesar 0,08 persen, bawang merah 0,07 persen, ikan segar 0,02 persen, serta sayur-mayur 0,01 persen.

Sementara itu, untuk kelompok transportasi mengalami inflasi sebesar 0,58 persen dan memberikan andil inflasi 0,10 persen. Komoditas utama yang memicu inflasi yakni harga tiket pesawat sebesar 0,07 persen, tarif kereta api 0,02 persen serta angkutan antar kota 0,01 persen.

Suhariyanto mengatakan, mulai tahun 2020 ini, BPS akan menggunakan dasar penghitungan yang baru untuk mencatat laju inflasi. Karena itu, akan terdapat perbedaan penghitungan inflasi pada bulan Januari ini yang akan dirilis pada awal Februari mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement