Rabu 01 Jan 2020 10:45 WIB

9 Tahun tak Terima Gaji, CEO Ini Lebih Pilih. . .

Tsai merupakan wanita yang menjabat sebagai CEO di perusahaan produk skin care,

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
9 Tahun Tak Terima Gaji, CEO Ini Lebih Pilih. . .. (FOTO: Unsplash/Rawpixel)
9 Tahun Tak Terima Gaji, CEO Ini Lebih Pilih. . .. (FOTO: Unsplash/Rawpixel)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Chief Executive Officer (CEO) merupakan pekerjaan yang menjanjikan karena menawarkan gaji yang besar. Umumnya, para CEO mengantongi pendapatan berlimpah dan hidup mewah, namun tidak dengan CEO yang satu ini, Vicky Tsai.

Tsai merupakan wanita yang menjabat sebagai CEO di perusahaan produk skin care, Tatcha. Ia memutuskan untuk tidak menerima gaji dari perusahaan yang telah dibangunnya selama 10 tahun.

Baca Juga: Dipecat, Eks CEO Boeing Malah Makin Tajir

Melansir dari CNBC (30/12/2019), Tatcha merupakan perusahaan yang telah tumbuh menjadi besar sejak didirikan pada 2009.

Brand kosmetik ini masuk ke dalam daftar Inc 5000 dan menjadi favorit Kim Kardashian dan Meghan Markle. Nilai valuasinya telah mencapai 70 juta dolar AS pada 2018. Pada 2019, Unilever memutuskan untuk mengakuisisi perusahaan ini.

Tsai menolak untuk menerima gaji dari perusahaan karena ingin mengokohkan fundamental perusahaan.

“Saya memilih untuk tidak menerima gaji dan menginvestasikannya kembali untuk perusahaan. Meskipun saya ingin (menerima gaji), namun ini adalah langkah terbaik untuk mengokohkan fundamental perusahaan,” ujar Tsai.

Baca Juga: Gaji CEO Sentuh Angka Miliaran, Pantaskah Demikian?

Tatcha sendiri didirikan karena terinspirasi dari produk kecantikan para geisha di Jepang. Tsai, yang pada waktu itu menderita dermatitis akut, memutuskan untuk meracik ramuan kecantikan yang sederhana dan bebas dari bahan kimia untuk hasil yang lebih sehat.

Tsai menjadi salah satu perempuan menginspirasi yang berhasil membangun brand kecantikan dengan cepat. Meski demikian, menjadi CEO perusahaan membuat waktunya bersama anak-anak tidak banyak. Ketika ada waktu, dirinya memilih untuk mengajarkan investasi kepada sang anak.

“Saya mencoba mengajarkan investasi pada putri saja, lalu dia membangun perpustakaan hasil jerih payahnya sendiri di Kamboja. Itu hal yang baik sekaligus filantropis,” ujarnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement