Senin 30 Dec 2019 17:47 WIB

OJK: 2019 tak Mudah, tapi Pasar Modal Indonesia Masih Stabil

IHSG masih mencatatkan pertumbuhan positif meskipun dalam rentang yang tipis

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Investor memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melalui ponsel pintar (foto ilustrasi). Pasar modal Indonesia masih stabil sepanjang 2019.
Foto: Republika/Idealisa Masyrafina
Investor memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melalui ponsel pintar (foto ilustrasi). Pasar modal Indonesia masih stabil sepanjang 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai kondisi pasar modal Indonesia pada 2019 cukup positif di tengah perkembangan global yang sulit. Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Nurhaida menyampaikan perkembangan jumlah investor dan nilai transaksi masih cukup membanggakan.

"Tahun 2019 akan segera berakhir, 2019 memang tidak mudah, secara global tidak terlalu mendukung pada pertumbuhan perekonomian, tapi pasar modal masih stabil," katanya dalam penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia 2019, Senin (30/12).

Baca Juga

Ia menyampaikan IHSG masih mencatatkan pertumbuhan positif meskipun dalam rentang yang tipis. IHSG tumbuh 2,18 persen ke posisi 6.329,31 pada 27 Desember 2019.

OJK mencatat jumlah investor saham mencapai 2,48 juta investor, naik 40 persen dari tahun 2018. Dana investor asing juga meningkat signifikan dibandingkan tahun lalu, yang mencapai Rp 49,19 triliun (ytd) per 27 Desember 2019.

Derasnya dana investor asing juga terjadi di pasar Surat Berharga Negara (SBN), membukukan net buy sebesar Rp 171,59 triliun dan obligasi korporasi yang membukukan net buy sebesar Rp 5,48 triliun. Pasar SBN sepanjang tahun 2019 juga mengalami penguatan dengan turunnya rata-rata yield SBN sebesar 96,57 bps (ytd).

Nurhaida menambahkan, sepanjang 2019, OJK telah mengeluarkan 175 surat Pernyataan Efektif atas Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum. Sebanyak 56 di antaranya merupakan emiten baru, dengan total nilai hasil Penawaran Umum Rp 166,25 triliun, naik 0,99 persen (yoy) tertinggi di antara bursa-bursa di kawasan Asia Tenggara dan peringkat tujuh di dunia.

Pemanfaatan penghimpunan dana melalui produk pengelolaan investasi seperti DIRE, DINFRA, Reksa Dana dan lainnya pun meningkat hingga 8,37 persen (ytd). Dengan total kelolaan sebesar Rp 811,19 triliun per 26 Desember 2019.

Aktivitas perdagangan Pasar Modal Indonesia juga mengalami peningkatan yang tercermin dari kenaikan rata-rata frekuensi perdagangan yang tumbuh 21 persen menjadi 469 ribu kali per hari. Ini menjadikan likuiditas perdagangan saham BEI lebih tinggi diantara Bursa-bursa lainnya di kawasan Asia Tenggara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement