REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BUMN Pangan, Perum Bulog memastikan stok beras yang tersimpan di gudang pada awal tahun 2020 sebanyak 2 juta ton. Stok tersebut dinilai sangat mencukupi untuk persediaan pangan beras hingga musim panen raya pada Maret-April mendatang.
Sekretaris Perusahaan Bulog, Awaluddin Iqbal mengatakan, hingga akhir tahun ini stok yang tersimpan di gudang masih di angka 2 juta ton. Meskipun realisasi pengadaan beras tahun ini hanya mencapai 66,6 persen dari target 1,8 juta ton, pasokan beras diklaim aman.
"Stok kita sampai sekarang masih 2 juta ton sementara mandatori dari pemerintah antara 1 juta hingga 1,5 juta ton. Mandatori tahun depan yang harus disiapkan juga sama, jadi kita akan melakukan kewajiban itu," kata Awaluddin kepada Republika.co.id, Senin (30/12).
Menurut dia, Bulog akan mulai aktif kembali melakukan penyerapan gabah maupun beras dari petani mulai bulan Maret. Sebab masa itu merupakan waktu panen musim rendeng pertama.
Adapun, untuk skema pembiayaan pengadaan stok cadangan beras pemerintah (CBP) oleh Bulog masih sama dengan tahun ini. Yakni pemerintah akan membayar selisih antara harga pengadaan beras oleh Bulog dengan harga beras yang dijual di bawah harga dalam operasi-operasi pasar beras.
Dari sisi harga di tingkat konsumen, mengutip Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) pada Senin (30/12) harga beras kualitas medium I sebesar Rp 11.950 per kilogram (kg) naik 0,84 persen dari pekan lalu. Sedangkan beras kualitas medium II dihargai Rp 11.750 per kg atau naik 0,86 persen dari akhir pekan lalu. Harga beras medium itu berada di atas patokan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras yang ditetapkan pemerintah.
Sementara itu, harga beras kualitas super I sebesar Rp 13.200 per kg dan beras kualitas super II dihargai Rp 12.700 per kg. HET beras premium yang diatur pemerintah sebesar Rp 12.800 per kg - Rp 13.600 per kg.
Awaluddin mengatakan, stok yang dimiliki Bulog saat ini siap digunakan untuk kegiatan operasi pasar pada awal 2020. Sebab, kata dia, pemerintah telah memberikan penugasan kepada Bulog untuk melanjutkan operasi pasar beras menggunakan stok yang ada demi menjaga stabilisasi harga.
"Awal tahun depan sudah ada rencana untuk penyaluran lewat operasi pasar, pasti stok kita akan berkurang. Tapi di bulan Maret kita pasti mulai pengadaan lagi," katanya.
Pada akhir November lalu, Bulog memprediksi persediaan beras di awal tahun depan sekitar 1,3 juta ton. Prediksi itu diperoleh dari total stok beras saat itu sebanyak 2,2 juta ton dan akan berkurang sekitar 900 ribu ton di akhir tahun karena diperkirakan adanya lonjakan permintaan beras.
Namun, hingga akhir Desember ini, Bulog melaporkan bahwa tidak banyak pengurangan stok beras di gudang. Realisasi pengadaan beras tahun ini yang masih di bawah target alhasil tidak menjadi masalah karena besarnya stok yang menumpuk.