REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sebagian pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) Indonesia belum memahami prosedur perizinan usaha. Padahal, menurut Ketua Benua Niaga, Muhammad Fadli, saat ini pemerintah sudah mempermudah prosedur perizinan secara terpadu satu pintu.
"Karena sosialisasi belum merata, banyak UMKM yang belum memahami proses perizinan. Mereka masih harus didampingi," ujar Fadli pada Pelatihan dan Workshop UMKM "Kreativitas Tanpa Batas" di Rupa Rupi Handycraft Market, Jln Ahmad Yani, Bandung, akhir pekan ini.
Pelatihan dan Workshop tersebut digelar Benua Niaga bekerja sama dengan PT Angkasa Pura II. Fadli menilai, UMKM harus bergabung dengan sebuah komunitas.
Karena, melalui komunitas, mereka bisa didampingi dalam menjalankan roda usaha, salah satunya mengurus perizinan. "Kami di Benua Niaga menyediakan pendampingan dari para ahli untuk mengurus perizinan bagi UMKM," katanya.
Selain memberikan pendampingan perizinan, kata dia, pihaknya juga menggelar pelatihan dan workshop perizinan. Ia berharap, ke depan akan semakin banyak pelaku UMKM yang melengkapi usahanya dengan aspek legal.
Seperti diketahui, saat ini masih banyak pelaku UMKM yang belum mengantongi perizinan. Padahal, kelengkapan aspek legal akan mempermudah UMKM melakukan penetrasi pemasaran hingga ke jaringan modern bahkan ekspor.
Bahkan, pemerintah juga sudah resmi mewajibkan pelaku UMKM yang berjualan melalui e-commerce untuk memiliki izin usaha. Aturan tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 80 Tahun 2019 tentang Perdagangan melalui Sistem Elektronik.
Sementara menurut Asisten Manager of Community Development PT Angkasa Pura II, Haryo, Pelatihan dan Workshop UMKM yang kali ini mengambil tema perizinan dan komunitas tersebut merupakan bentuk dukungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mendorong tumbuh kembang UMKM. Ia berharap, melalui pelatihan dan workshop tersebut UMKM bisa meningkatkan kapasitasnya.
"Selain pelatihan, kami juga memfasilitasi UMKM untuk memasarkan produknya di bandara, dalam hal ini Bandara Husein Sastranegara," katanya.
Menurut Haryo, UMKM binaan Angkasa Pura II diberikan tempat tempat di selasar bandara untuk memasarkan produknya secara bergiliran. Program tersebut sudah digulirkan sejak 2001.
"Kami saat ini sedang berkoordinasi dengan pihak Cengkareng untuk bisa membawa produk UMKM Jabar masuk dipasarkan di sana," kata Haryo seraya mengatakan, produk Jabar punya potensi pasar besar karena bagus-bagus dan berkualitas.