Senin 16 Dec 2019 12:16 WIB

Defisit November Terparah Setelah Neraca Dagang April

Neraca dagang kumulatif sejak Januari mengalami defisit hingga 3,11 miliar dolar AS.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Kepala BPS Suhariyanto dan Deputi Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti dalam konferensi pers mengenai kinerja neraca dagang November 2019 di kantornya, Jakarta, Senin (16/12).
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Kepala BPS Suhariyanto dan Deputi Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti dalam konferensi pers mengenai kinerja neraca dagang November 2019 di kantornya, Jakarta, Senin (16/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca dagang Indonesia pada November mengalami defisit 1,33 miliar dolar AS. Defisit ini menjadi yang terdalam sepanjang 11 bulan ini, setelah neraca dagang April mencatat defisit sampai 2,29 miliar dolar AS. 

Defisit pada November terjadi karena nilai ekspor mencapai 14,01 miliar dolar AS, sedangkan impor menyentuh 15,34 miliar dolar AS. Sementara ekspor turun 5,67 persen (yoy), impor juga turun turun dalam hingga 9,24 persen (yoy). 

Baca Juga

Kondisi yang defisit ini kontras dibandingkan neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2019. Saat itu, neraca ddagang menunjukkan performa positif dengan surplus 161,3 juta dolar AS. Nilai ekspor tercatat sebesar 14,93 miliar dolar AS sedangkan impor 14,77 miliar dolar AS.

Adanya perbaikan neraca dagang itu utamanya disumbang oleh oleh surplus nonmigas sebesar 990,5 juta dolar AS, meski pada saat yang sama sektor migas masih mengalami defisit sebesar 829,2 juta dolar AS.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, neraca dagang Indonesia pada periode Januari hingga November 2019 sudah mengalami defisit 3,11 miliar dolar AS. Sementara neraca dagang nonmigas masih tumbuh positif 5,2 miliar dolar AS, neraca dagang migas mengalami defisit 8,3 miliar dolar AS. 

Angka tahun ini masih membaik dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, yakni defisit 7,6 miliar dolar AS. Tapi, tantangan yang dihadapi Indonesia semakin luar biasa mengingat perekonomian global masih melambat dan perdagangan internasional menurun. 

"Perlu langkah yang ekstra hati-hati," ujarnya dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (16/12). 

Beberapa negara masih mengalami surplus perdagangan, terutama AS dengan nilai mencapai 8,5 miliar dolar AS. Nilai ini naik dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, yaitu 7,7 miliar dolar AS. Produk yang mendominasi adalah produk baju bukan rajutan maupun rajutan. 

Surplus kedua dialami dialami oleh India dengan nilai 6,7 miliar dolar AS. Hanya saja, nilainya mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, 8,07 miliar dolar AS. Pun dengan Belanda yang surplusnya turun dari 2,3 miliar dolar AS menjadi 2,0 miliar dolar AS. 

Di sisi lain, neraca perdagangan dengan Australia masih defisit dengan nilai 2,4 miliar dolar AS. NIlai ini membaik dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, 2,8 miliar dolar AS. 

Perbaikan juga dialami defisit ke Thailand dari 4,7 miliar dolar AS ke 3,5 miliar dolar AS. Sementara itu, ke Cina juga mengalami perbaikan. Dari semula defisit pada Januari sampai November 2018 mencapai 18,0 miliar dolar AS menjadi 16,9 miliar dolar AS. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement