Jumat 13 Dec 2019 03:52 WIB

Digitalisasi SPBU Ditargetkan Rampung Kuartal I 2020

Digitalisasi SPBU diharapkan dapat membantu penyaluran subsidi menjadi tepat sasaran.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolanda
Petugas SPBU mengangkat nozzle bio solar di SPBU Coco, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, Selasa (22/10/2019).
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Petugas SPBU mengangkat nozzle bio solar di SPBU Coco, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, Selasa (22/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) jadi andalan pemerintah dalam pendistribudian subsidi energi khususnya untuk BBM jenis solar dan Liquefied Petroleum Gas (LPG). Salah satu cara yang akan diterapkan adalah dengan program digitalisasi.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menjelaskan hingga sekarang baru setengah dari seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang telah melalui proses digitalisasi. "Dari seluruh SPBU besar yang akan kita implementasikan digitalisasi sebanyak 5.518 SPBU, hari ini sudah 2.500 SPBU," kata Nicke di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jakarta, Kamis (12/12).

Jika tidak ada halangan berarti, Nicke menargetkan seluruh fasilitas SPBU bisa terdigitalkan pada pada kuartal I tahun depan. Dengan begitu maka Pertamina bisa mengetahui indentitas pembeli untuk seluruh jenis bahan bakar. 

"Nanti kuartal I akan kita  selesaikan semua. Kita bisa lihat siapa pembeli solar subsidi, premium, itu bisa. Datanya semua ada," jelas Nicke.

Tidak hanya subsidi BBM, tapi juga distribusi LPG akan didorong untuk bisa menggunakan metode pembayaran digital. Skema ini menurut Nicke bisa menjadi salah satu langkah persiapan jika memang pemerintah meminta dilakukan subsidi tertutup.

"LPG juga demikian. Kita akan dorong penggunaan cashless payment baik di SPBU maupun di agen LPG supaya memudahkan ketika nanti implementasinya apakah mau subsidi tertutup, atau subsidi langsung ke peneriman subsidi. Tapi kita lakukan sekarang datanya sudah jauh lebih lengkap karena kita tahu siapakah pembeli produk ini," kata Nicke.

Ruang lingkup digitalisasi adalah dengan pemasangan alat ukur di tangki sudah diselesaikan di 5.518 SPBU Pertamina. Begitu juga dengan sensor nozzle. Hanya sekarang tantangan berat adalah menyiapkan 22.000 mesin EDC.

Digitalisasi SPBU makin didorong lantaran membengkaknya konsumsi solar pada tahun ini melebihi kuota yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Tahun ini kuota solar ditetapkan 14,5 juta Kiloliter (KL). Akan tetapi, berdasarkan data BPH Migas hingga Oktober saja realisasi serapan konsumsinya mencapai 15,08 juta KL. Sampai akhir tahun konsumsinya diprediksi bisa mencapai 16,15 juta KL.

Sementara dalam data Pertamina sebenarnya perusahaan telah memprediksi pada tahun depan konsumsi solar mencapai 17,02 juta KL, sementara alokasi kuota solar hanya 15,31 juta KL. Kemudian untuk LPG tahun depan subsidi dipatok 7 juta metrik ton (MT), tapi perkiraaan perusahaan konsumsi tahun depan bisa mencapai 7,22 juta MT.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement