Rabu 11 Dec 2019 04:15 WIB

2020 Risiko Cloud dan Supply Chain Makin Tinggi, Bisnis Wajib Lakukan Ini

Perubahan yang cepat ini akan bawa risiko baru serangan bagi manajemen supply chain.

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
2020 Risiko Cloud dan Supply Chain Makin Tinggi, Bisnis Wajib Lakukan Ini. (FOTO: F5 Labs)
2020 Risiko Cloud dan Supply Chain Makin Tinggi, Bisnis Wajib Lakukan Ini. (FOTO: F5 Labs)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Trend Micro Incorporated, penyedia solusi keamanan siber, belum lama ini merilis laporan prediksi untuk 2020. Diungkapkan bahwa organisasi akan menghadapi risiko yang semakin besar dari penggunaan cloud dan manajemen  supply chain.

Baca Juga

Semakin berkembangnya cloud dan DevOps dinilai akan terus mendorong perubahan bisnis dengan membuka seluruh lapisan perusahaan, mulai dari perusahaan ke manufaktur hingga risiko pihak ketiga.

"Kita akan memasuki era baru di mana organisasi dari semua industri dan ukuran akan semakin bergantung pada perangkat lunak pihak ketiga, open-source, dan praktik kerja modern untuk mendorong inovasi digital dan pertumbuhan yang mereka inginkan," kata Laksana Budiwiyono, Country Manager Trend Micro Indonesia.

Baca Juga: Ancaman Serangan Siber Makin Gencar, Ini yang Harus Dilakukan

Para ahli di Trend Micro memperkirakan pertumbuhan dan perubahan yang cepat ini akan membawa risiko baru akan serangan bagi manajemen supply chain.

"Dari penggunaan cloud hingga jaringan rumah, para pemimimpin di bagian informasi teknologi perlu menilai kembali risiko siber dan strategi keamanan IT perusahaan di 2020," saran Laksana.

Para hacker, kata dia, akan semakin mengejar data perusahaan yang tersimpan di cloud melalui serangan injeksi kode seperti deserialization bugs, skrip lintas situs, dan injeksi SQL. Mereka akan menargetkan penyedia cloud secara langsung atau bekerja sama dengan pihak ketiga untuk melakukan ini.

Faktanya, meningkatnya penggunaan kode dari pihak ketiga oleh organisasi yang menggunakan DevOps akan meningkatkan risiko bisnis pada 2020 dan selanjutnya.

Komponen-komponen pada compromised container dan libraries yang digunakan dalam arsitektur tanpa server dan microservices akan semakin memperluas kemungkinan terjadinya serangan siber pada sebuah perusahaan karena praktik keamanan tradisional berjuang untuk mempertahankannya.

Managed Service Providers (MSPs) ditargetkan tahun depan sebagai jalan untuk mengompromikan banyak organisasi melalui satu target. Mereka tidak hanya ingin mengambil data perusahaan dan pelanggan yang berharga, tetapi juga menginstal malware untuk menyabotase dan memeras uang melalui ransomware.

Diperkirakan, tahun depan akan ada jenis risiko supply chain yang relatif baru karena sistem kerja remote memperkenalkan ancaman ke dalam jaringan perusahaan melalui keamanan Wi-Fi yang lemah. Selain itu, kerentanan pada perangkat rumah yang terhubung dapat berfungsi sebagai titik masuk ke jaringan perusahaan.

Baca Juga: Awas! Macam-macam Serangan Siber Ini Siap Mengintai Industri Tahun Depan

Di tengah ancaman siber yang selalu bergejolak ini, Trend Micro merekomendasikan organisasi untuk:

• Meningkatkan uji kelayakan atas penyedia cloud dan MSPs.

• Melakukan penilaian kerentanan dan risiko secara berkala atas pihak ketiga.

• Berinvestasi pada perangkat keamanan untuk mendeteksi kerentanan dan malware di komponen pihak ketiga.

• Pertimbangkan Cloud Security Posture Management (CSPM) untuk membantu meminimalkan risiko kesalahan konfigurasi.

• Tinjau kembali kebijakan keamanan terkait pekerja rumahan dan pekerja mobile.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement